MOST RECENT

Juara Pramuka Ingin Jadi Wirausaha


BEL sekolah berbunyi panjang menandakan jam belajar mengajar telah berakhir di SMAN Putra Bangsa, Lhoksukon, Aceh Utara. Sejumlah siswa sekolah itu berhamburan ke luar ruangan menuju tempat parkir kendaraan dan pulang ke rumah masing-masing. Salah satunya, Arif Hidayat (17). Anak kedua dari pasangan Rahmat Hanafiah dan Nazariah itu adala seorang siswa berprestasi di sekolah itu.

Sejak kelas satu SMA, Arif mulai menunjukkan kegemarannya terhadap kegiatan Pramuka. Lalu, ia mengikuti lomba Camp Sama, Pramuka Ke-48 di Desa Teupin Keubeu, Lhoksukon, Aceh Utara. Hasilnya, Arif meraih juara satu. Lalu, tahun 2011 dia menjadi salah seorang peserta yang mengikuti even pramuka internasional di Swedia.

“Saat itu, kami diseleksi soal pengetahuan tentang kepramukaan, fisik, dan lain sebagainya. Alhamdulillah saya lulus menjadi peserta dan bergabung dalam kontingen Indonesia untuk kegiatan pramuka internasional itu,” ujar Arif.

Remaja berkumis tipis ini juga gemar modeling. Dia mengikuti lomba pemilihan duta HIV Aceh di Lhokseumawe awal tahun 2011. Hasilnya, Arif menjadi duta intelegensia dalam even itu. Arif juga aktif di organisasi seperti OSIS, Rohis dan Pelajar Islam Indonesia (PII) Aceh Utara. Prestasi akademik pria ini terbilang baik. Umumnya, dia meraih juara dua dalam ujian semester.

Ia bercita-cita jadi pengusaha. “Saya ingin jadi wirausaha sehingga kita bisa buka lapangan kerja bagi orang lain. Bahagia rasanya jika bisa menampung orang lain bekerja,” sebut Arif. Untuk meraih cita-cita itu, Arif pun membaca banyak referensi soal bisnis. Selain itu, dia berdiskusi dengan pengusaha yang telah sukses menjalankan usahanya. Ia berharap suatu saat nanti bisa membuka usaha dan dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Semoga! (masriadi sambo)

22.03 | Posted in , | Read More »

Obituari-Selamat Jalan Bang Amir

HARI, 26 Desember 2012.Sekitar pukul 18.00 WIB, saya menerima pesan singkat dari seorang teman. Isinya mengamarkan, bahwa Amir Gani (53) telah meninggal dunia di Rumah Sakit Kesrem, Lhokseumawe. Sejurus kemudian, saya juga menerima telepon dari seorang teman mengabarkan kabar duka yang sama.

Saya kenal Bang Amir-panggilan akrab-Amir Gani- sekitar akhir tahun tahun 2008, saat itu saya masih menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe. Saya kenal beliau secara tidak sengaja di kantor Partai Demokrat Lhokseumawe. Waktu itu, saya baru menjadi wartawan. Dia langsung ramah. Akrab. Jauh dari kesan angkuh.

Bahasanya sangat santun dan lembut. Waktu itu, Bang Amir, bekerja sebagai kontraktor serabutan. Ya, ngurus proyek sejuta dan dua juta. Begitu katanya waktu itu. Lalu, dia meminta pendapat apa yang harus dilakukan untuk membangun Lhokseumawe. Dari sisi mana pengentasan kemiskinan dimulai. Kami pun berdiskusi sekitar dua jam.

Setelah itu, lama tak bertemu politisi yang satu ini. Lalu, pertemuan kami berikutnya di Pasar Lhokseumawe. Saat itu, dia bersam Giral, putra bungsunya. Mengayuh sepeda tua. Dia berbelanja menu buka puasa. Saya sedang motret menu berbuka yang dijual sejumlah pedagang kala itu. Dia menegur saja. Sempat berbicara beberapa kalimat.

Kemudian, pertemuan kami semakin intens ketika dia sudah terpilih menjadi anggota DPRK Lhokseumawe. Sesaat sebelum pelantikan, dia mengirim pesan ke saya. Dia mengatakan mohon masukan, apa yang harus Bang Amir lakukan untuk kemajuan daerah ini.

Saat itu, saya sudah bekerja di Tabloid Kontras. Dia sering bercerita bagaimana pola komunikasi politik antara eksekutif dan legislatif. Misalnya, satu hari dia bercerita tentang peningkatan ekonomi rakyat. Menurutnya, pemerintah belum memiliki pola yang jelas, untuk mengentaskan kemiskinan kota itu. Selain itu, dia juga menggagas lahirnya perusahaan daerah. Dia katakatan, bahwa sebagian aset PT Arun, harus dihibahkan ke Pemko Lhokseumawe. Pemko kemudian mendirikan perusahaan daerah, dan bisa menampung tenaga kerja. Belakangan gagasan ini menjadi perusahaan daerah air minum.

Sekitar empat bulan komunikasi kami intens di tahun 2010. Setelah itu, saya jarang berkomunikasi dengan beliau secara langsung. Hanya menggunakan telepon atau layanan pesan singkat saja. Waktu itu, saya sudah bertugas di Aceh Utara. Bukan di Kota Lhokseumawe lagi.

Dia pula yang kerap kali mengabarkan tentang bagaimana politik anggaran di dewan. Ini isu menarik. Selalu saja mendapat data bulat dari beliau. Lalu, di satu pagi, kami bertemu di Masjid Islamic Center Lhokseumawe. Dia bercerita bagaimana keperkasaan organisasi resimen mahasiswa (Menwa). Dia pernah menjadi anggota aktif dan pengurus Menwa di Universitas Syah Kuala Banda Aceh.

Saya sarankan agar beliau memimpin ikatan alumni Menwa Aceh. Tujuannya, agar Menwa bangkit kembali. Alumnus organisasi itu bisa membantu generasi dibawahnya untuk mendapatkan pekerjaan. Saya bukan orang Menwa. Namun, saran itu tetap saya berikan.

Tak lama setelah itu, Bang Amir menelpon saya. Dia bilang, hari ini kita akan deklrasikan pengurus alumni Menwa. Hadir saat itu, Munawar dari Aceh Tengah, Muklir, Bakhtiar dari Unimal Lhokseumawe, dan sejumlah pengurus aktif Menwa Unimal. Saya turut menjadi saksi momen itu.

Di akhir tahun 2011, saya dan Bang Amir, menemui Sheki Show. Salah seorang gitaris musik etnik asal Jepang. Show bisa berbasah Indonesia. Meski tak selancar orang Indonesia pada umumnya. Bang Amir pun memfasilitasi Show yang saat itu meriset Tari Saman di Aceh Tengah, Aceh Utara, dan Gayo Lues. Amir menunjukkan minatnya pada sejarah. Saya fahami, bahwa Bang Amir cinta sejarah. Dia menguasai tahun-tahun penting dalam sejarah Aceh. Bahkan, dia menghafal tahun itu dengan baik.

Cinta Keluarga

Bang Amir juga sangat mencintai keluarganya. Baginya, anak adalah amanah yang patut diperjuangkan hidupnya. Memberinya pendidikan yang layak dan membantunya memperoleh pekerjaan. Itu sudah dilakukan Bang Amir. Saya kenal ketiga anaknya, yaitu Arkis, Sarah, dan Giral. Arkis kini menjadi mahasiswa di perguruan tinggi swasta. Sarah, pernah menjuarai beberapa even modeling. Giral, si gendung yang suka baca komik.

Si Giral, paling sering dibawa oleh Bang Amir. Giral pula selalu nyeletuk lucu ditengah perbincangan kami. Itu pula membuat kami tertawa terbahak. Terkadang saya tidak setuju dengan argumen Bang Amir. Dia tak marah. Lalu, membaca kembali literature tentang tema yang kami diskusikan. Ketika argument saya benar, dia juga mengakui kebenaran itu.

Sakit Lever

Enam bulan lalu, saya ditelepon oleh istri Bang Amir, Ramlah. Kak Ramlah, begitu saya memanggilnya, mengabarkan kalau Bang Amir sudah sepekan sakit di rumah. Saya pun datang mengunjunginya. Waktu itu dia masih sanggup bangun. Kata Kak Ramlah, kalau bicara soal pembanguann dan politik, Bang Amir langsung sanggup bangun. Hilang sakitnya.

Setelah kunjungan itu, sebulan kemudian saya mengunjunginya lagi di Rumah Sakit Bunga Melati, Lhokseumawe. Saya sarankan agar beliau juga mengkonsumsi obat herbal. Setelah itu, saya hanya berkomunikasi lewat pesan singkat. Sepekan lalu, saya sempat mengirimkan pesan singkat. Menanyakan bagaimana kondisi kesehatannya. Dia menyebutkan, baru saja keluar dari rumah sakit dan menyatakan baik-baik saja. Saya berpikir bahwa beliau sudah sembuh. Ternyata, Tuhan berkata lain. Bang Amir dijemput kembali ke sisiNya. Takdir sudah sampai. Bang Amir sempat berobat ke Rumah Sakit Glenegles,Medan, Sumatera Utara. Mobil Avanza miliknya telah dijual. Biaya berobat terlalu tinggi Dek Dimas, begitu katanya kala itu.


“Ya, terpenting Bang Amir bisa sembuh. Bisa membuat program lagi di DPRK. Bisa berjuang untuk masyarakat yang Bang Amir wakili,” itu kalimat terakhir yang saya ingat dari Bang Amir. Kini, Bang Amir telah tiada. Dia meninggalkan tiga anak untuk melanjutkan perjuangannya. Selamat jalan Bang Amir. Semoga berada di surga terindah. Amin. [masriadi sambo]

01.57 | Posted in , | Read More »

Hari Ibu

Oleh Masriadi Sambo

HARI ini merupakan hari keramat bagi kaum ibu. Negeri ini menabalkan tanggal 22 Desember, sebagai hari ibu. Semua orang memperingati dengan caranya sendiri. Ada yang membagikan bunga pada kaum ibu di jalan raya, sampai kaum ibu di lembaga pemasyarakatan. Ada pula yang menggelar aneka lomba. Dari lomba masak, busana muslimah, sampai lomba pidato khusus buat ibu-ibu. Semuanya atas nama ibu.

Setelah itu, semua kembali normal. Tak ada lagi puji-pujian buat kaum ibu. Pertanyaan berikutnya, berapa ratus orang ibu yang hingga kini masih berjuang mempertahankan hidup. Bekerja keras, membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Mereka bekerja, mengumpulkan barang bekas, menjadi pemecah baru kali, mengambil pasir di sejumlah sungai. Bahkan, ada pula yang menjadi tukang parkir. Buruh di perkebunan dan lain sebagainya.

Lalu, siapa yang harus memperhatikan nasib mereka? Siapa pula yang bertanggungjawab mensejahterakan mereka? Membebaskan mereka dari belenggu kemiskinan? Mereka juga ingin hidup layak. Memberikan yang terbaik buat anaknya.

Bagiku, setiap hari adalah hari ibu. Bagaimana aku, dan enam saudara lainnya selalu berjuang membuat ibu bahagia. Membuatnya senang dan selalu tertawa. Dulu, ibuku salah satu pejuang keras. Bekerja serampangan, agar kami bisa kuliah. Tak kenal letih dan lelah. Selalu saja bekerja, pagi hingga dinihari. Begitu seterusnya. Perjuangan itu pula mengantarkan kami ke bangku sekolah. Menamatkan strata satu. Untuk strata dua, ibu mempersilahkan kami berjuang masing-masing.

Pengorbanan ibu (aku memanggilnya emak) luar biasa. Sampai saat ini, apa yang kami lakukan belum seberapa dibanding pengorbanan itu. Ibu, doakan kami agar selalu bisa berbuat yang terbaik untukmu.

01.53 | Posted in , | Read More »

Berembuk di Rumput Hijau


Oleh Masriadi Sambo

HIKAYAT sepak bola Indonesia tak pernah usai. Setelah Nurdin Halid lengser dari kursi empuk Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), kisruh persepak bolaan tanah air belum tuntas. Djohar Arifin yang digadang-gadang mampu menyelesaiakan kemelut sepakbola, mempersatuan seluruh pegiat sikulit bundar pun tak mampu berbuat banyak. Hasilnya, dua liga kembali digelar. Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Primer League (IPL).

Kisruh ini semakin tak menentu, ketika sejumlah pemain tim nasional (Timnas) dilarang memperkuat Timnas. Dalihnya, mereka bermain di liga yang tak diakui oleh PSSI. FIFA pun mengeluarkan keputusan yang sama.

Hasilnya, Timnas semakin rapuh. Pemain yang bermain di ligas non plat merah tak bisa merumput di lapangan hijau. Mengenakan kostum merah putih, plus logo garuda di dada. Perlu diketahui, wahai pegiat bola tanah air. Negeri ini belum memiliki pemain berklas dunia. Jika pun ada, masih bisa dihitung dengan jari tangan. Indonesia baru mulai bangkit dalam piala AFF lalu. Diteruskan oleh keberhasilan RD (Rahmad Darmawan) dalam even Sea Games.Dua even itu Indonesia keluar sebagai runner up. Itu sudah lebih baik, dibanding tahun sebelumnya selalu menderita kekalahan.

Indonesia baru berbenah. Negeri ini belum memiliki stok pemain handal semisal Spanyol, Brazil dan Argentina. Negeri ini miskin pemain. Harusnya, kondisi ini disadari oleh para petinggi sepakbola Indonesia.

Jika ini terus terjadi, mau dibawa sepakbola kita. Puaskah mereka, ketika melihat supporter timnas pulang dengan kepala ditekuk ke lutut. Puaskah mereka, ketika lagu Indonesia Raya tak pernah berkumandang dan berkibar sebagai jawara satu. Puaskah pemimpin bangsa ini, melihat pemain Indonesia, hanya mampu bermain di negaranya. Tak mampu melawan Negara lain. Selalu kalah.

Kini, saatnya, para petinggi klub di Indonesia, dan PSSI duduk di lapangan hijau. Menggelar tikar musyawarah. Demi menyelamatkan sepakbola tanah air. Demi mengharumkan bangsa. Semua pihak harus introspeksi diri. Satu tujuan, sepakbola tanah air harus maju dan berkembang.

Jika terus bertikai, maka, kiamat dunia pun, Indonesia tak akan pernah tampil dalam piala dunia. Sangat disayangkan, jika ini terjadi. Semoga tidak.

03.44 | Posted in , | Read More »

Menuju Sekolah Standar Internasional


SUASANA ruang guru SMPN 1 Syamtalira Bayu di Desa Keude Bayu, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara terlihat santai. Sejumlah guru terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang memeriksa pekerjaan rumah (PR) murid, dan ada pula yang sibuk mempersiapkan bahan ajar.

Sekolah ini awalnya bernama SMPN 1 Bayu pada tahun 1994 berganti nama menjadi SMPN 1 Syamtalira Bayu. Tahun 2009, sekolah itu resmi menyandang status sekolah standar nasional (SSN). “Pelajar kami lulus 100 persen saat ujian nasional. Sekolah kami ada di rangking 172 kualitas pendidikan terbaik tingkat Provinsi Aceh tahun 2009. Sedangkan tahun 2007, kami berada rangking 293. Ini prestasi luar biasa. Semua ini berkat kerja sama guru,” sebut Kepala SMPN 1 Syamtalira Bayu, Sardani SPd.

Untuk meningkatkan kuwalitas pendidikan di sekolah itu, pihaknya melengkapi perpustakaan dan laboratorium. Kini, di perpustakaan sekolah itu ada 7.290 judul buku. “Kami juga punya laboratorium IPA yang standar nasional. Laboratorium ini bantuan BRR,” ungkap Sardani.

Ditambahkan, guru di sekolah itu juga telah lulus pelatihan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem).

Kini, sekolah itu memiliki 18 ruang kelas dan murid sebanyak 525 orang. “Kami mengubah model meja-meja ruang kelas per minggu. Terkadang kita buat meja di ruang kelas seperti ruang rapat, terdakang model lain lagi. Tujuannya agar murid tidak jenuh dan nyaman menerima pelajaran,” ujar Sardani.

Dikatakan, kini pihaknya siap menyongsong status sekolah standar Internasional. “Jika Pemkab Aceh Utara siap menjadikan sekolah ini jadi standar internasional, kami senang sekali. Seluruh fasilitas sudah memadai. Kami harap, ke depan sekolah ini bisa jadi sekolah berstandar internasional,” pungkas Sardani. * masriadi sambo

04.05 | Posted in , | Read More »

Drumband Favorit Siswa SMP Syamtalira Aron


SEJUMLAH pelajar SMPN 1 Syamtalira Bayu, Aceh Utara terlihat serius di ruang belajar. Mereka juga mengikuti aneka ekstrakurikuler yang diadakan sekolah. Sekolah itu sudah mendirikan kelompok drumband, atletik, bolavoli, pramuka, dan kajian Agama Islam. Kelompok itu dibentuk untuk mengembangkan minat dan bakat pelajar.

“Namun, dari sekian banyak ekstrakurikuler, yang paling diminati anak-anak adalah drumband. Untuk Aceh Utara, kelompok drumband kami sudah masuk sepuluh besar dan patut diperhitungkan,” sebut Kepala SMPN 1 Syamtalira Bayu, Sardani SPd. Dikatakan, pihaknya menyediakan guru khusus untuk kelompok drumband itu. Sedangkan untuk kelompok olahraga, menurutnya, dibina oleh guru olahraga di sekolah.

“Masing-masing kelompok memiliki guru khusus yang membimbingnya. Mereka latihan setiap Jumat dan Sabtu sore setelah pulang sekolah,” jelas Sardani.
Ditambahkan, pihaknya juga memberi perhatian serius dalam upaya meningkatkan kemampuan anak membaca Alquran. Setiap hari, pihaknya membina satu kelas untuk belajar membaca Quran di mushalla sekolah.

“Kami bina per kelas secara bergilir. Tujuannya, untuk mengetahui kemampuan pelajar membaca Alquran. Alhamdulillah, semua pelajar di sekolah kami sudah bisa baca Quran,” ungkapnya.
Ia meminta guru serius membina anak didik.

“Kami terus berusaha mendidik semampu kami, bekerja keras. Sehingga, kami harap, lulusan SMP ini bukan hanya mantap dibidang akademik, juga ahli di bidang tertentu baik seni, olahraga, dan agama,” pungkas Sardani.
* masriadi sambo

04.01 | Posted in , | Read More »

Banjir Rendam TK Blang Reulieng


LHOKSUKON - Gedung Taman Kanak-kanak (TK) Tengku Jambo Aji Desa Blang Reulieng, Kecamatan Sawang, Aceh Utara, Selasa (13/12) terendam banjir. Akibatnya, murid sekolah itu terpaksa diliburkan. Selain itu, banjir juga merendam Desa Glee Dagang, Paya Rabo, dan Lhok Meurbo, Kecamatan Sawang, dan Desa Mane Tunong, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.

Mukhlis A Wabah (39) warga Desa Glee Dagang, kepada Serambi, kemarin menyebutkan, banjir itu disebabkan meluapnya Krueng Sawang. Menurutnya, air dengan ketinggian satu meter itu mulai merendam pemukiman warga sekitar pukul 06.00 WIB kemarin. Ia berharap Pemkab Aceh Utara membangun tanggul sungai di kawasan itu. Sehingga desa-desa di daerah itu akan bebas banjir.

Sekitar pukul 11.00 WIB, Tim SAR Aceh Utara mengunjungi lokasi banjir yang kemudia membantu masyarakat mengangkat barang-barang ke kawasan yang lebih tinggi. Namun, sampai kini belum ada warga yang mengungsi akibat banjir tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Pandrah, Simpang Mamplam, dan Jeunieb, Kabupaten Bireuen. Sejumlah desa di tiga kecamatan tersebut, Selasa (13/12) terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur kabupaten itu dan sekitarnya pada Senin (12/12) malam hingga Selasa (13/12) dini hari.(c46/c38)

03.25 | Posted in | Read More »

Atap Gedung Terminal Lhoksukon Bocor


LHOKSUKON - Atap gedung Terminal Lhoksukon, Aceh Utara sejak dua pekan lalu bocor. Akibatnya, petugas loket angkutan umum dan warga yang menunggu bus di terminal itu sering terkena air hujan. Karena itu, masyarakat meminta Dinas Perhubungan Aceh Utara segera memperbaiki atap terminal yang bocor tersebut.

“Seng bagian atas gedung terminal diterbangkan angin kencang dua minggu lalu. Asbesnya juga sudah bolong. Sehingga, jika hujan kami kesulitan mencari tempat berteduh. Kami harap atap itu segera diperbaiki,” harap Zeini (40), penjaga loket L 300 di Terminal Lhoksukon kepada Serambi, Selasa (13/12).
Ditambahkan, di terminal itu juga tidak ada tong sampah.

Sehingga, masyarakat yang datang ke terminal membuang sampah sembarangan. Akibatnya, terminal terkesan jorok. “Kami harap juga, dinas membuat tong sampah khusus di terminal ini. Agar terminal terlihat bersih,” harap Zeini.
(c46)

03.23 | Posted in , | Read More »

Anggota DPRK Minta Dinas Tambah Pos Retribusi


LHOKSUKON - Anggota DPRK Aceh Utara meminta Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) setempat menambah pos retribusi galian C. Tujuannya, pungutan retribusi dari sektor itu akan meningkat. Saat ini, pos retribusi galian C baru ada di Kecamatan Sawang. Sedangkan di kecamatan lain belum ada.

“Jumlah pos retribusi galian C harusnya bisa ditambah di Kecamatan Paya Bakong dan Cot Girek. Ini untuk meningkatkan jumlah PAD Aceh Utara. Karenanya, kita minta DPKKD bekerja keras menambah pos retribusi itu dan target PAD 2011 bisa tercapai.

Kini, realisasi PAD baru Rp 35,9 miliar (67 persen) dari target Rp 53,6 miliar,” jelas Ketua Fraksi Partai Aceh, DPRK Aceh Utara, Abdul Muthalib, kepada Serambi, Selasa (13/12).


Ditambahkan, dalam pekan ini pihaknya akan memanggil DPKKD Aceh Utara untuk mempertanyakan sejauhmana realisasi PAD Aceh Utara tahun 2011.
Kadis DPKKD Aceh Utara, Iskandar Nasri, menyebutkan pihaknya terus bekerja keras untuk mencapai target PAD tahun 2011. “Namun, perkiraan kami sampai akhir tahun paling tercapai 80 persen lebih dari target. Karena, sumber PAD yang bisa kita pungut itu jumlahnya kecil,” ujar Iskandar.(c46)

03.20 | Posted in , | Read More »

Juara Olimpiade yang Ingin Jadi Guru


PAGI itu, Cut Fera Rahmanita sedang belajar serius di ruang kelas II SMPN 1 Syamtalira Bayu, di Desa Keude Bayu, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara. Senyumnya sumringah. Gaya bahasanya santun. Dia salah satu murid berprestasi di sekolah itu.


Anak bungsu dari pasangan Hasballah (almarhum) dan Nur Asiah ini meraih juara satu lomba olimpiade IPS terpadu tingkat Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara tahun 2011. Di tahun yang sama, ia juga meraih juara satu lomba sejenis tingkat Kabupaten Aceh Utara. Atas prestasi itu, dia dikirim sebagai perwakilan Dinas Pendidikan Aceh Utara dalam lomba sejenis tingkat Provinsi Aceh. Namun, di tingkat provinsi dia gagal meraih juara.


Kegagalan itu membuat Cut Fera semakin bersemangat belajar. Dia ingin, satu hari nanti dalam lomba sejenis di tingkat provinsi harus meraih juara satu. Prestasi lainnya, Cut Fera juga meraih juara satu di kelas satu.


“Saya ingin jadi guru IPS. Saya sangat menyenangi pelajaran ini. Pelajaran yang membuat wawasan saya semakin bertambah,” ujar Cut Fera. Saat ini, setiap pulang sekolah dia terus belajar, membaca koran, majalah, dan buku-buku pelajaran IPS. Tujuannya untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi.


“Semakin banyak membaca, semakin banyak pengetahuan yang saya dapat. Ke depan, saya ingin ikut lomba IPS lagi, saya harap bisa meraih prestasi lebih baik,” harapnya.


Dikatakan, orang tuanya sangat mendukung langkah yang dilakukannya. “Ibu bilang, rajin-rajin belajar. Biar cita-cita menjadi guru bisa tercapai. Semoga Allah memberi yang terbaik buat jalan hidup saya,” pungkas Cut Fera. Semoga! * masriadi sambo

03.17 | Posted in , , | Read More »

Dulu Pengacara, Kini Guru Besar


SIANG itu Prof Dr Jamaluddin SH MHum berdiskusi ringan dengan beberapa dosen lain di ruang rapat Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe di Jalan Jawa, Kompleks Bukit Indah Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe. Prof Jamal--panggilan akrab Prof Jamaluddin--adalah seorang dosen berprestasi di fakultas itu.


Ia satu-satunya guru besar di fakultas tersebut. Dia terinspirasi dari film India. “Dalam film India tempo dulu selalu diceritakan pengacara yang mendampingi kliennya untuk mencari keadilan di pengadilan. Itu yang menjadi inspirasi saya kuliah di hukum dan saat itu saya ingin jadi pengacara,” jelasnya.


Lalu, ia memilih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Syah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. Usai menamatkan pendidikan di Fakultas Hukum Unsyah tahun 1989, Prof Jamal sempat menjadi pengacara di Banda Aceh. Lalu, tahun 1990 dia memutuskan menjadi dosen di Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe hingga sekarang.


“Setelah menjadi akademisi, saya makin tertantang untuk belajar dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa. Saya juga terus melakukan penelitian dan analisis terhadap perkembangan ilmu hukum. Namun, spesialisasi saya hukum perdata,” sebut Prof Jamal.


Ia merasa senang bisa meraih gelar guru besar pertama di fakultas tersebut. “Kini saya mendorong dosen di fakultas ini terus berburu meraih gelar doktor dan menjadi guru besar. Saya memotivasi mereka agar terus maju dan berkembang,” ungkapnya.


Lalu, apa pendapat Prof Jamal tentang penegakan hukum di Indonesia dan Aceh? “Hukum belum menjadi budaya di negeri ini. Contoh kecil, ketika lampu merah di persimpangan, ada saja warga yang menerobos lampu itu. Sementara aparat penegak hukum kita masih tebang pilih. Seharusnya, seluruh masyarakat kedudukannya sama di depan hukum. Ini perlu dibenahi terus-menerus. Sehingga, hukum menjadi panglima di negeri ini,” pungkas Prof Jamal. * masriadi sambo

21.06 | Posted in , , | Read More »

Futsal dan Tarian Favorit Mahasiswa


KELOMPOK olahraga seperti tim futsal, bola kaki dan kelompok tarian paling diminati mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe.


Dekan Fakultas Hukum, Unimal, Sumiadi MHum, menyebutkan di fakultas itu ada sejumlah organisasi mahasiswa sebagai wadah melatih kreatifitas mahasiswa.
Organisasi itu, sebutnya, antara lain kelompok tarian, kelompok futsal, sepakbola, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Lembaga Dakwah Fakultas (LDF). Selain itu, mahasiswa yang mengambil konsentrasi jurusan, juga didirikan himpunan mahasiswa untuk mahasiswa hukum perdata, pidana, dan hukum tata negara.

“Kami selalu mendukung apa pun kegiatan yang dilakukan mahasiswa di masing-masing organisasi. Itu sebagai bentuk kreativitas mahasiswa, jadi sudah sepatutnya kita dukung,” sebut Sumiadi didampingi Wakil Ketua BEM Fakultas Hukum Unimal, Sudi Arta Thin.

Ditambahkan, selama setahun terakhir berbagai ajang telah diikuti oleh organisasi mahasiswa (Ormawa) tersebut. Seperti memberikan santunan untuk anak yatim di Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, November lalu. “Kini tim bola kaki sedang mengikuti turnamen yang diselenggarakan BEM FISIP Unimal,” sebut Sumiadi. Sedangkan, kelompok tari beberapa waktu lalu menjuarai Unimal Art Competition.
Ditambahkan, pihaknya terus bekerja sama dengan Ormawa untuk memajukan fakultas tersebut.

“Semakin banyak mahasiswa fakultas hukum tampil di berbagai even, maka masyarakat semakin mengenal fakultas hukum Unimal baik tingkat Aceh maupun nasional. Semoga ke depan, fakultas ini semakin maju dan berkembang,” pungkasnya.
* masriadi sambo

21.04 | Posted in , | Read More »

Akan Buka Program S-2 Hukum


SEJUMLAH dosen dan karyawan terlihat sibuk di gedung pusat administrasi Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh di Jalan Jawa, Kompleks Bukit Indah, Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, kemarin. Fakultas itu didirikan 16 Mei 1980 di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Islam Lhokseumawe yang kemudian berganti nama jadi Yayasan Universitas Islam Malikussaleh.


Tahun 1981, fakultas ini berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, dan tahun 1989 Sekolah Tinggi Ilmu Hukum kembali bergabung ke Universitas Malikussaleh. Kini, fakultas itu memiliki satu jurusan yaitu Ilmu Hukum dengan tiga konsentrasi yaitu hukum perdata, pidana, dan hukum tata negara.

Dekan Fakultas Hukum, Unimal, Sumiadi MHum, mengatakan, kini pihaknya berencana membuka program pascasarjana (S-2) Ilmu Hukum di fakultas itu. “Kita sudah daftarkan secara online ke Kementerian Pendidikan Nasional RI. Kita sedang mempersiapkan kelengkapan syarat. Kita harap izinnya segera dikeluarkan oleh Kemendiknas,” harapnya.

Ia menyebutkan, kini fakultas tersebut memiliki 685 mahasiswa, dengan alumni sebanyak 500 orang yang telah bekerja di berbagai perusahaan swasta dan pemerintah. Sebagian besar alumnus fakultas itu memilih menjadi pengacara. “Sekarang, kita terus berusaha meningkatkan mutu SDM para dosen dengan mengirimkan mereka untuk kuliah S2 dan S3. Saat ini, 14 dosen sedang studi S3, dan lima orang sedang studi S2,” jelasnya. * masriadi sambo

21.01 | Posted in , | Read More »

Juara Pencak Silat Ingin Jadi Politisi


NUR WAHYUNI tersenyum sumringah saat memasuki gedung pusat administrasi Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe di Jalan Jawa, Komplek Bukit Indah, Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, Selasa (5/12). Anak ketiga dari pasangan Ishak Ismail dan Sabitah Daud itu merupakan salah satu mahasiswi berprestasi di fakultas tersebut.


Kemampuannya di bidang pencak silat lumayan banyak. Ia meraih juara dua Pekan olahraga mahasiswa (Pomda) di Universitas Teuku Umar Melaboh, Aceh Barat tahun 2009. Iaa tampil sebagai juara I festival pencak silat nasional di Jakarta (2009), juara ketiga ganda putri kejuaraan pencak silat perguruan tinggi se-Indonesia di Universitas Padjadjaran Bandung. Tahun 2010, Nur Wahyuni meraih juara dua pencak silat pada seleksi daerah Pomda Aceh.

Selain mahir bela diri, Wahyuni juga gemar dalam bidang modeling. Buktinya, gadis manis ini menjadi finalis pemilihan duta peduli Aids Lhokseumawe tahun 2011. Di tahun yang sama, dia bersama teman-temannya meraih juara satu lomba tari saman pada ajang Unimal Art Competition Lhokseumawe.


Meski jago ilmu bela diri, gemar modeling, namun Nur Wahyuni yang akrab dipanggi Yuni ini bercita-cita ingin jadi politisi. “Saya ingin jadi politisi dan ingin masuk dalam sistem politik di negeri ini. Tujuannya, ingin berbakti pada rakyat dan negeri ini,” ujarnya diplomatis.


Sebagai orang yang belajar ilmu hukum, tambah Yuni, dirinya ingin membuat hukum di Indonesia ini lebih prorakyat. “Satu-satunya cara biar bisa ikut membuat perundang-undangan yakni menjadi anggota legislatif. Karena hanya anggota DPR lah yang memiliki kewenangan dalam hal legislasi,” terang Yuni.


Dikatakan, dia banyak belajar ilmu politik dari kakaknya, Roslina yang kini menjadi anggota DPRK Lhokseumawe. “Semoga, semua cita-cita ini tercapai,” pungkas Yuni.

* masriadi sambo

23.24 | Posted in , , | Read More »

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added