MOST RECENT

Kampung Sengsara

TUAN, hari ini, saya menuliskan surat singkat, sebagai pengingat, bahwa rakyat masih menunggu kebijakan tepat. Dulu, kecamatan ini, Pirak Timu, dimekarkan menjadi kecamatan otonom sejak tahun 2007 lalu. Sebelumnya, bergabung dengan Kecamtan Matangkuli, Aceh Utara.

Tahukan Tuan, bahwa infrastruktur kecamatan yang bersisian dengan hutan ini sangat buruk.  Di sini, saban tahun, panen padi tak maksimal. Saban tahun berharap Tuhan menurunkan air hujan, sampai memenuhi pematang sawah. Kami tak punya irigasi Tuan.

Tuan, ini zaman teknologi. Setiap pidato, Tuan mengatakan bahwa anak negeri ini harus melek teknologi. Bisa bersaing dengan bangsa asing. Tahukah Tuan, kami memiliki handphone yang dibeli dari gaji buruh tani. Kami bersyukur pada Tuhan,memberikan rezeki untuk sebuah Blackberry. Sayangnya Tuan, handphone pintar itu tak bisa kami gunakan sepenuhnya. Fitur canggih tak bermakna. Karena signal menjadi sangat langka.

Hasil pertanian kami lumayan memuaskan. Kami punya coklat, pinang, sawit, dan lain sebagainya. Harga selalu anjlok. Karena, kami harus menjual ke pengumpul. Tak bisa menjual ke pusat-pusat penjualan di ibukota. Jalanan sangat buruk Tuan. Jangankan membawa hasil pertanian, mengendarai sepeda motor saja sulit.

Sisi kesehatan, kami memiliki Puskesmas Tuan. Sayangnya, Puskesmas itu tak ada ambulans. Jika kami sakit malam hari, tak mampu ditangani di sini, maka truk pengangkut sawitlah jadi sarana transfortasi. Membawa warga menjerit menahan sakit ke rumah sakit pemerintah di Buket Rata, Lhokseumawe.

Tuan, satu lagi, setiap musim hujan, banjir melanda delapan sampai sepuluh desa. Tidak kah Tuan berpikir untuk menangani banjir ini. Mengapa tak ada tanggul di seluruh sungai di daerah kami. Mengapa pula Tuan hanya membebaskan lahan untuk tempat pengungsian. Kami tak ingin mengungsi. Kami ingin tidur nyenyak di gubuk reot dan ilalang sebagai atapnya.

Tuan bupati, atau pejabat tinggi negeri. Kami tak ingin menagih janji. Karena janji adalah hutang. Jika tak dilunasi, seumur hidup bahkan sampai mati, janji melekat di sanubari. Tuan, harus mempertanggungjawabkan janji itu di hari akhir nanti. Tuan, kami hanya mengingatkan, bahwa daerah ini, belum pernah Tuan perhatikan. Inilah kampung sengsara. | Pirak Timu | 10032013

06.21 | Posted in , , | Read More »

Satu Sore di Makam Putroe Neng


ANGIN berhembus pelan, Jumat, 1 Maret 2013. Langit bersih. Tak ada mendung menggulung di langit. Sore itu, Cut Asan, keluar dari rumahnya. Tubuh ringkihnya ditopang tongkat rotan. Berjalan perlahan, menyambutku, Ari, dan Zaki Mubarak. Sejurus kami bicara pelan. Meminta agar penjaga makam Putroe Neng di Desa Blang Pulo, Lhokseumawe itu membuka pintu makam. Lokasi itu persis di lintasan jalan Medan-Banda Aceh.

Lantai menuju makam rusak parah. Cat pagar dan gapura memudar. Sepertinya sudah lama tak dipugar. Sebanyak 11 pinang dan 12 pohon asam mengelilingi makam. Daunnya membuat makam menjadi teduh.

Cut Asan menuturkan, sisi kanan dipenuhi makam said. Salah seorang yang diketahui namanya yaitu Said Mukhtar Siddiq. Sebelah kiri dipenuhi makam para putroe. Bagian depan terdapat beberapa batu nisan biasa. Tanpa ukiran. Disisi kanan makam putroe, sebut Cut Asan terdapat dua makam ulama.

“Lihat nisan dua makam, ini nisan buatan Aceh. Batunya diambil dari gunung. Bandingkan dengan nisan di makam lain. Corak dan ukirannya beda. Khas nisan dari Persia,” sebut Cut Asan.

Sulit menemukan referensi lengkap tentang Putroe Neng. Awalnya, Putroe Neng bernama an Nio Lian Khi dari Cina. Hidup sekitar tahun 1180. Ulama kharismatik dan panglima perang tangguh dari Kerajaan Peureulak, Meurah Johan menaklukan pasukan Putroe Neng di Indra Purba-kini Sibreh, Aceh Besar. Setelah memeluk Islam, Nian Nio Lian Khi berganti nama menjadi Putroe Neng.

Lalu, Putroe menikah dengan Meurah Johan. Tubuh Meurah Johan membiru, menghembuskan nafas terakhir usai menuntaskan tugas sebagai suami di malam pertama. Kecantikan Putroe menyebar dari mulut ke mulut. Kulit putih, mata sipit dan suara merdu membuat para pria bangsawan kala itu berhasrat menikahinya. Ingin membuktikan diri sebagai pria tangguh yang mampu melewati malam pertama dan malam – malam berikutnya bersama sang bidadari cantik.

Sayangnya, seluruh pria yang menikahi Putroe tak mampu mengucapkan melewati malam pertama. Umumnya meninggal sebelum menuntaskan tugas sebagai pria dewasa memanjakan istri dan menuntaskan hasrat malam pengantin.

Menurut cerita, Putroe menikah dengan 100 pria. Pria terakhir Syeih Syiah Hudam yang mampu menuntaskan malam pertama dan malam-malam berikutnya. Syeih pula yang mampu mengeluarkan racun di rahim Putroe. Racun ini diduga sebagai penyebab kematian suami-suami sebelumnya.

Kini, makam Syeih terpaut sekitar 300 meter dari makam Putroe Neng. Berada di perbukitan Desa Blang Pulo. Namun, Cut Asan tidak membenarkan cerita tentang pernikahan Syeih dengan Putroe Neng.

“Tidak benar itu. Syeih itu ulama, gurunya Putroe. Saya belum tahu siapa nama-nama suami Putroe,” terangnya dalam bahasa Aceh fasih.

Menurut Cut Asan, dia mengetahui sejarah tentang Putroe Neng dari mimpi yang datang silih berganti. Misalnya, soal makam Said, Cut Asan menyebutkan itu diketahui dari mimpinya.

“Yang lain saya tak berani cerita. Karena saya tidak tahu,” sambungnya.

Lalu, siapa nama makam yang berada di kiri-kanan Putroe Neng? “Saya tidak tahu. Tidak diberitahu oleh Putroe. Hanya diberitahu bahwa deretan makam dekat Putroe itu semuanya wanita,” terang Cut Asan. Entahlah. Referensi sejarah Putroe Neng tak utuh. Ke depan, kita berharap, setiap tahun pemerintah menerbitkan buku-buku sejarah tentang pahlawan, bangsawan, atau ulama di seluruh kabupaten/kota. Sehingga, anak cucu-cucu nanti bisa mengetahui sejarah generasi sebelumnya.

Pemugaran
Catatan saya, pemugaran makam ini dilakukan dilakukan tahun 1978 oleh Pemkab Aceh Utara. Saat itu, Lhokseumawe masih berstatus kota administratif dan tunduk ke Pemkab Aceh Utara. Lalu, tahun 2004, Pemko Lhokseumawe memugar kembali makam itu, dan terakhir tahun 2007, Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh memugar kembali makam itu. Kini, kondisi makam memprihatinkan. Perlu dipugar segera, agar situs sejarah tak hanya tinggal nama.

Jam terus berputar. Dilangit senja mulai temaram. Memendarkan sinar keemasan. Mentari mengejar waktu menuju peraduan dan berganti bulan menyinari punggung bumi. Aku, Zaki dan Ari pun meninggalkan makam. Membawa pulang setumpuk kenangan tentang Putro. Zaki membawa seratusan file foto untuk ditampilkan pada rubrik menatap Aceh.  (masriadi sambo)

05.53 | Posted in , , , | Read More »

Rencana Dirikan TPA


MELIHAT antusias masyarakat untuk menyerahkan anaknya mengaji di Kompleks Masjid Agung Baiturrahim, Lhoksukon, Aceh Utara, kini pengurus masjid berencana mendirikan Taman Pendidikan Al Quran (TPA).

Saat ini, pengurus masjid sedang menyusun syarat administrasi pendirian TPA tersebut. “TPA itu khusus untuk anak taman kanak-kanan dan murid ibtidaiyah. Jadi, kita buka kelas khusus untuk anak usia dini. Kita ingin, semakin banyak anak yang pandai mengaji pada usia dini,” sebut Imam Besar Masjid Agung Baiturrahim, Tgk Jamaluddin.

Ditambahkan, pihaknya berharap seluruh masyarakat mendukung pendirian TPA tersebut. Sehingga, ke depan, TPA itu bisa semakin maju dan berkembang di wilayah Lhoksukon dan sekitarnya. (masriadi sambo/serambi)

04.06 | Posted in , | Read More »

Memaknai Maulid Nabi

Oleh : Tgk Muzakkir M Ali

PERINGATAN maulid Nabi Muhammad SAW diperingati secara meriah di seluruh Aceh. Dari kampung, kota kecamatan, hingga ibukota provinsi. Namun,sebagai umat muslim kita perlu mengambil hikmah dari peringatan maulid. Bukan hanya sekadar menggelar khenduri, tapi juga memaknai maulid itu sendiri.

Ada tiga hal, hikmah memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Pertama, meneguhkan kembali kecintaan pada Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadist disebutkan, tidak beriman seseorang, jika cinta kamu kepada orang tua kamu dan kepada anak kamu melebihi cinta kepadaku. Maknanya, jika seseorang mencintai orangtuanya, anaknya dan keluarganya melebihi cintanya pada Rasul, maka orang tersebut belum dikategorikan orang-orang yang beriman.

Kedua, meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasullullah dalam setiap gerak kehidupan. Dalam surat Al Ahzab ayat 21 Allah berfirman “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suriteladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan banyak berzikir kepada Allah. Ayat itu menjelaskan bahwa Allah telah menjamin ketauladanan Rasulullah. Untuk itu, sudah seharusnya umat Islam mengikuti rekam jejak yang telah dilakukan Rasul. Berbuat baik, melaksanakan ibadah tepat waktu, menghormati sesama ummat manusia dan lain sebagianya.

Ketiga, melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang dicintainya. Hadist itu diriwayatkan Bukhari dan Muslim berisi Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, apabila kau berpengah teguh pada dua perkara tersebut niscaya kau tidak akan sesat. Dua perkara itu yakni al quran dan hadist.

Peringatan maulid pertama dilakukan Sultan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi, ulama besar dari Mesir pada tahun 570 Hijriah. Al Ayyubi mengajak seluruh umat memperingati maulid dengan membaca zikir, salawat secara massal dan mendengarkan ceramah. Tujuannya untuk meningkatkan kecintaan pada Rasulullah. Saat itu, peringatan maulid sebagai momentum membangkitkan semangat umat untuk melawat kaum kafir pada peristiwa Perang Salib. Sehingga, ketika peringatan maulid selesai, umat kala itu berubah ke arah positif. Perilaku yang sebelumnya tidak baik menjadi lebih baik. Terpenting umat bersatu padu melawan kafir pada Perang Salib itu.

Nah, fenomena di daerah kita saat ini sebaliknya. Peringatan maulid hanya dianggap sebagai tradisi adat. Cukup membawa dalong dan rantang besar-besar ke masjid dan meunasah. Namun, dalam benak masyarakat tidak ada yang berubah. Setelah maulid, masyarakat yang tidak shalat tetap tidak shalat, masyarakat yang mengenakan pakaian ketat tanpa jilbab juga tetap begitu.

Seharusnya, setelah maulid, perilaku manusia menjadi lebih baik. Perilaku itu harus merujuk pada perbuatan dan perkataan Rasulullah. Setelah maulid, mari meningkatkan amal ibadah, menjalankan shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Termasuk cara berpakaian, marilah kita mengajak anak-anak kita berpakaian yang muslim dan muslimah. (disarikan dari khutbah yang disampaikan, Jumat 22 Februari 2013)
 
profil khatib
  • Nama : Tgk Muzakkir M Ali
  • Lahir : Desa Reudeub / 10 Desember 1972
  • Alamat : Desa Reudeub, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara
Pekerjaan
  • Pimpinan Dayah Sirajul Huda Lhoksukon
  • Koordinator Dayah dan Balai Pengajian se-Lhoksukon, Aceh Utara
  • Ketua Bidang Dakwah, Tadzkiratul Ummah Lhoksukon

04.03 | Posted in , , | Read More »

Dari Bangunan Kayu Hingga Kubah Biru


PEMBANGUNAN Masjid Baiturrahim Lhoksukon, Aceh Utara dimulai 1972 dan rampung tahun 1980. Pembangunan masjid ini dipimpin Tgk H Ibrahim Bin H Ya’qub dan didukung ulama setempat Abu Sulaiman (Abu di  Dayah), Tgk Abu Basyah, Tgk Ismail Aziz, Tgk Kasem Usman, Tgk Thaeb Usman, Tgk Ismail Bin Dayah. Lokasi pembangunan masjid merupakan tukar guling sekolah rakyat (kini SDN 3 Lhoksukon). Lokasi tersebut dipilih karena berada di pinggir jalan Medan-Banda Aceh dan terpaut 200 meter dari pasar Lhoksukon.

Awalnya, luas masjid ini hanya 8.900 meter persegi, bangunan masjid berkontruksi kayu, dengan satu kubah tunggal. Lalu, pada tahun 2004, paska pemindahan ibukota Aceh Utara dari Lhokseumawe ke Lhoksukon, pengurus masjid sepakat merenovasi masjid berkubah biru itu.

Dana renovasi masjid menggunakan APBK Aceh Utara dan sumbangan masyarakat. Arsitektur masjid meniru gaya masjid-masjid di Timur Tengah, dengan enam tiang raksasa yang menopang kubah induk dan dikelilingi empat buah kubah kecil plus empat menara yang  mengelilingi kubah induk.

Pada tahun 2007, Pemkab Aceh Utara meresmikan masjid tersebut menjadi Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon. Kini, bangunan masjid telah rampung. Bagian dalam masjid berkapasitas 4.000 jamah itu didominasi kaligrafi araf berwarna kuning keemasan. Sedangan bagian luar didominasi warna biru dipadupadan dengan warna mutih mencolok.

Bagian dalam masjid terdapat sejumlah kitab, buku agama dan Al Quran. “Kini, kami sedang berusaha melakukan perluasan halaman masjid. Karena halaman masjid saat ini sempit,” sebut Imam Besar Masjid Agung Baiturrahim, Tgk Jamaluddin Is.
Suasana di dalam masjid terasa sangat senyuk dan nyaman. Dilengkapi dengan air conditioner (AC) dengan kipas angin di sejumlah sudut ruangan. Kini, masjid tersebut terlihat sangat indah dan megah, membuat nyaman jamaah untuk menunaikan ibadah di dalam masjid tersebut. (serambi/masriadi sambo)

04.00 | Posted in , , | Read More »

Pengajian Kaum Ibu dan Remaja Putri


SABAN Sabtu, di dalam Masjid Agung Baiturrahim berada di Desa Keude Lhoksukon, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara digelar pengajian khusus kaum ibu dan remaja putri. Pengajian dimulai pukul 14.30-13.45 WIB.

Pengajian itu membahas tauhid, fiqh dan tasawuf. Sebanyak 250 kaum ibu dan remaja putri khusuk mendengar pengajian yang dipimpin Imam Besar masjid setempat, Tgk Jamaluddin Is.

“Pengajian ini terbuka untuk semua kaum ibu dan remaja putri. 250 orang itu peserta tetap. Jika ada yang mau bergabung, kami persilahkan datang ke masjid,” sebut Tgk Jamaluddin.

Disebutkan, pengajian itu dimulai dengan kajian tauhid secara mendalam. “Setelah tauhid, baru kita beranjak ke fiqh, dan terakhir tasawuf. Namun, peserta boleh bertanya apa saja, baik itu fiqh atau tasawuf. Semua pertanyaan kita siap menjawabnya,” ujar Tgk Jamaluddin.

Ditambahkan, kegiatan reguler di masjid tersebut yaitu subuh Minggu digelar ceramah subuh, Senin digelar wirid yasin, sedangkan Selasa digelar pengajian usai shalat magrib yang dipimpin Abah Darkasyi.

Lalu, Rabu malam digelar zikir bersama, Kamis digelar zikir bersama, dan wirid yasin saat subuh yang dipimpin Tgk Samsul Bahri.  Sedangkan Jumat malam digelar pengajian yang dipimpin Tgk Azhari, serta pembacaan raja shalawat.

“Kita ingin meramaikan kegiatan pada subuh hari. Sehingga, lebih banyak kegiatan usai subuh. Misalnya, setiap tahun kita selenggarakan maulid usai subuh. Ini agar masyarakat giat beribadah subuh. Jika subuh saja sudah rutin, shalat zuhur, ashar dan lainnya pasti rutin juga,” pungkas Tgk Jamaluddin.

Dijaga Satpam
Sementara, untuk kenyamanan jamaah, panitia masjid menyediakan satuan pengamanan (Satpam) di sekitar kompleks masjid tersebut. Satpam itu berada di pintu utama masjid dan sesekali berkeliling. “Pengamanan dilakukan 24 jam oleh Satpam,” sebut Ketua Remaja Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon, Zahlul SHi.
(masriadi sambo/serambi)

03.58 | Posted in , , | Read More »

Semalam Bersama Muslim Rohingnya


BERSAMA SYAIFUL 
HARI itu, Selasa, 26 Februari 2013 handphone saya menjerit keras. Jam menunjukkan pukul 21.00 WIB. Warga yang menelpon itu mengabarkan bahwa sebanyak 127 warga Rohingnya terdampar di perairan Desa Cot Trueng, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.

Aku, Zaki Mubarak dan Jafaruddin Yusuf masih duduk di kantor malam itu. Kami baru saja berencana pulang ke rumah masing-masing. Lalu, aku, Jafar dan Zaki menelpon beberapa warga dan polisi untuk memastikan bahwa informasi tentang warga Rohingnya itu benar.

Sejurus kemudian, kami berangkat ke lokasi, menggunakan mobil pick up milik Serambi Indonesia. Ismujohan duduk dibalik kemudikan. Mobil meluncur pelan. Kami tiba di lokasi 30 menit kemudian.

Ratusan warga berdesakan di sekitar tempat penampungan sementara warga Rohingnya. Berdesakan ingin melihat wajah-wajah letih, lesu dan kumal. Aku menerobos masuk. Bertemu dengan beberapa polisi, TNI, dan camat di lokasi itu. Satu dari 127 korban perang itu bisa berbahasa melayu dengan baik. Syaiful Alam (25) namanya.

Pria berkulit gelap, berbadan kurus ini pernah menetap enam tahun di Malaysia. Sehingga dia bisa berbahasa Melayu dengan baik. Syaiful menceritakan perahu berukuran 8 x 15 meter mereka tumpangi kehabisan bahan bakar dan terombang-ambing di laut lepas. Mereka berangkat dari Myanmar menuju Thailand 18 hari lalu. Tujuh hari terakhir perbekalan mereka habis. Mereka pun terpaksa menahan lapar, hanya minum air laut.

Penderitaan sebagai warga terbuang dan tak diakui negaranya belum berakhir. Setiba di perairan Thailand, angkatan laut negara tersebut menembaki kapal mereka. 12 orang tewas. Dua diantaranya hingga kini mengalami luka tembak pada bagian kaki dan mata. Praktis kini jumlah mereka hanya 113 orang.

“Empat abang kandung saya tewas di tembak tentara Myanmar,” sebut Syaiful. Matanya tak kuasa menahan bulingan bening menetes. Teman-teman Syaiful tak bisa bahasa Inggris, Melayu atau Cina. Mereka hanya bisa berbahasa. Setiap kali kutanya, hanya ditajawab “Rohingnya muslim.”

Saat berbincang dengan Syaiful. Zaki—fotografer senior—mengabadikan momen itu. Syaiful pun mengungkapkan kepiluannya. Tak mungkin bertahan di negeri yang dilanda perang berkepanjangan.

Sejak tahun 2011 lalu sampai kini sudah beberapa kali gelombang “manusia perahu” ini singgah ke Aceh. Mereka pernah terdampar di Sabang, Aceh Utara, dan Aceh Besar.

“Saya membawa tiga anak laki-laki. Saya ingin menetap di Malaysia. Di sana lebih aman, dan bisa mencari rezeki,” sebut Syaiful.

Tidak banyak yang bisa kutanyakan pada Syaiful. Mereka harus segera makan dan mendapatkan obat dari petugas medis. Pakaian kumal diganti dengan pakaian layak pakai sumbangan warga setempat.

Puluhan ibu-ibu sibuk memasak ikan, nasi dan sayuran seadanya. Semuanya dihidangkan buat tamu sesama muslim.

Sayang teuh takaleun awaknya. Haroh tabantu. Nyoe engkot sedekah lon. (Sayang melihat mereka. Harus kita bantu. Ini ikan sedekah saya),” sebut seorang warga sambil menurunkan ikan tongkol seberat 50 kilogram.

Bantuan warga lainnya pun berdatangan. Ada yang memberikan roti, kue basah, kopi, dan makanan lainnya. Malam merambat pelan menuju pagi. Sekitar pukul 23.00 WIB, kami pulang ke kantor. Menuliskan liputan itu untuk pembaca esok pagi.

Syaiful dan rekan-rekannya mungkin tertidur lelap. Melepas penat. Menjemput impian ke tanah harapan. Ingin hidup, melanjutkan keturunan di negeri beradab. Entah negeri mana yang akan menerima mereka. Entahlah? (masriadi sambo)


03.54 | Posted in , | Read More »

Nikmatnya Dodol dari Pase

SEJUMLAH armada penumpang L-300 terlihat berjejer di depan kios pusat kuliner di Desa Rawang Itek, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, pertengahan Desember lalu. Lokasi ini berada di pinggir jalan Medan-Banda Aceh, tepat di samping Masjid Raya Pase, Pantonlabu, Aceh Utara.

Satu-dua penumpang membeli aneka penganan khas Aceh di kios tersebut. Di depan kios berukuran 8 x 4 meter itu terpampang spanduk menerangkan lokasi tersebut merupakan pusat kuliner di Kabupaten Aceh Utara. Lokasi wisata kuliner yang diresmikan pada, 5 Desember 2012 lalu ini, diharapkan akan menjadi ikon baru bagi Kabupaten Aceh Utara, sekaligus ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat. 

Sesuai dengan nama dan spanduk yang terpampang di sana, di lokasi itu akan dengan mudah terlihat penganan khas Aceh. Sebut saja keukarah, dodol, bu grieng, haluwa minyeuk, meuseukat, bolu ikan, peyek, kembang loyang, hingga bu bajek pun tersedia di sana. 

Bahkan, dodol dimodifikasi menjadi dodol rasa nangka dan dodol rasa durian. Pedagang mengklaim penganan tersebut tanpa bahan pengawet. Penganan andalan lokasi itu adalah aneka jenis dodol. 

Dodol-dodol ini dibungkus dalam plastik kecil sebesar jempol orang dewasa. Warnanya terlihat coklat mengkilap. Rasa dodol ini, nikmat sekali. Legit dan tak terlalu manis.  Selama ini, dodol paling laris di kawasan itu. 

Wakil Bupati Aceh Utara M Jamil, meresmikan lokasi tersebut 5 Desember 2012 lalu. Pusat kuliner juga didirikan di lintas Medan-Banda Aceh, Desa Meunasah Mancang, Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Untuk sementara, baru satu kios berdiri di sana.

“Saat ini, masyarakat belum ramai mengetahui lokasi penjualan makanan khas Aceh ini. Umumnya per hari hanya laku sekitar Rp 100 ribu. Itu pun dari penumpang L300 yang singgah di tempat ini. Dodol tetap menjadi pilihan utama pembeli,” sebut Salwati, pedagang di pasar kuliner tersebut.

Wanita paruh baya ini menyebutkan aneka kue tersebut diambil dari usaha kecil dan menengah (UKM) di kecamatan tersebut. Nama usaha pembuat kue lihat boks.  

Soal harga, jangan khawatir, terbilang ekonomis. Semua jenis dodol dijual dari Rp 30.000-Rp 40.000. Sedangkan bolu, bu grieng, dan penganan lainnya, dijual dari harga Rp 5.000-Rp 12.000 tergantung ukurannya. 

Pedagang juga memperhatikan kemasan produk tersebut. “Kami mengemas dalam kotak, sehingga terlihat modern. Kotak ini untuk sementara disediakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Aceh Utara,” terang Salwati didampingi rekannya Dewi Apriani.

Dewi berharap Pemkab Aceh Utara mempromosikan pasar kuliner itu ke berbagai daerah di Aceh. “Salah satu promosinya bisa lewat media massa. Sehingga, masyarakat tahu lokasi ini dan tertarik berkunjung kemari. Jika sudah begitu, kami dan pembuat kue ini juga untung,” harap Dewi.

Nah, bagi Anda yang ingin menikmati penganan tradisional khas Aceh, silahkan berkunjung ke pasar kuliner Aceh Utara. Soal rasa, buktikan sendiri. Pasti nikmat.(c46)

01.47 | Posted in , , | Read More »

Belajar dari Buku Ainun & Habibie


“Terima kasih Allah, ENGKAU telah lahirkan Saya untuk Ainun dan Ainun untuk Saya. Terima kasih Allah, Engkau sudah mempertemukan Saya dengan Ainun dan Ainun dengan Saya....."

Kalimat itu ditulis Mantan Presiden RI, Habibie dalam bukunya Ainun & Habibie. Saya membaca buku itu sekitar enam bulan lalu. Awalnya, iseng saya membeli buku ini di salah satu toko buku di Lhokseumawe. Saya tidak pernah berpikir, bahwa Mantan Menteri Negera Riset dan Teknologi 1978-Maret 1998 itu mampu menulis sebagus itu dan seindah itu. Tentu editor berperan mempermak naskah itu menjadi sangat Indah.

Saya sempat berpikir, Habibie yang sepanjang hidupnya sibuk dibidang teknologi rekayasa pesawat terbang tidak bisa menulis sastra. Menulis kisah hidupnya secara mengalir. Lengkap dengan tanggal dan tahun kejadian rangkaian peristiwa itu. Jarang-jarang saya membaca buku lengkap dengan tanggal dan tahun kejadian. Umumnya, buku biografi hanya memuat tahun kejadian. Namun, dalam buku itu, Habibie lebih detail mengungkapkan tanggalnya.

Habibie juga jujur mengungkapkan bahwa dia pernah melewati masa-masa sulit selama berada Aahen, Jerman. Lalu, perlahan namun pasti, dia terus belajar, gigih berusaha dan membuka jaringan dengan perusahaan Jerman, maka Habibie pun menjadi tokoh penting dalam industri pesawat terbang di Jerman, Indonesia, dan dunia.

Pria yang lahir di Parepara, Sulawesi Selatan itu menunjukkan sisi manusiawi seorang ilmuan. Sisi romantis seorang mantan pejabat negara, pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Romantis, manusiawi. Habibie menunjukkan perhatian penuh terhadap istri dan anaknya. Sesibuk apa pun, Habibie tetap berkomunikasi dengan Almh Ainun melalui telepon atau handphone.

Setelah tiga tahun, Almh Ainun tidak berada disisinya, toh Habibie masih menjadi bapak bangsa. Mantan Wakil Presiden 4 Maret 1998-21 Mei 1998 ini kini menghabiskan waktunya dengan menulis. Bahkan, Habibie memilih menulis buku untuk mengatasi kerinduannya terhadap sang istri. Menghilangkan trauma kehilangan orang yang dicintainya lewat tulisan-tulisannya. Kini, kita sadar, menulis itu menyehatkan.

Selain itu, poin penting dari buku Habibie, bahwa cinta perlu dijaga, dipupuk, dan disiram. Bahwa cinta juga butuh perawatan. Seperti tanaman butuh perawatan, air, dan pupuk. Cinta, perlu dijaga. Agar utuh, awet dan bertahan hingga nafas tak berhembus. Kita beruntung memperlajari makna cinta dari seorang bapak bangsa dan ahli teknologi rekayasa pesawat terbang. 

04.42 | Posted in , , | Read More »

Juara Olimpiade yang Gemar Baca Komik


YUWAN Anmadet Oktario mengenakan kemeja lengan panjang ketika berbincang engan Serambi, Minggu (13/1). Dia termasuk pelajar berprestasi di SMPS Iskandar Muda yang beralokasi di Kompleks PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM), Desa Tambon Tunong, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.

Anak pertama dari pasangan Ruswandi dan Sri Wahyuni ini meraih juara dua olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang studi IPS tingkat Kabupaten Aceh Utara tahun 2012. Yuwan—panggilanakran—Yuwan Anmadet Oktario mengikuti lomba sejenis tingkat Provinsi Aceh. Namun, dia gagal meraih juara pada even tersebut.

Yuwan juga berhasil meraih juara pertama olimpiade global house tingkat SMPS Iskandar Muda tahun 2011. Di bidang agama, Yuwan meraih juara dua lomba hapal ayat pendek tingkat Kecamatan Dewantara, tahun 2009.

Pelajar kelas tiga SMP tersebut, kini mengikuti les tambahan untuk persiapan ujian nasional yang berlangsung April mendatang. Usai pulang sekolah, pelajar yang gemar membaca komik ini mengaji di Balai Pengajian Raudatul Raihan Krueng Geukueh, Aceh Utara. “Saat ini, saya fokus untuk belajar tambahan juga. Saya ingin melanjutkan pendidikan di SMA Modal Banda Aceh,” ujar Yuwan sambil tersenyum.

Yuwan juga mengikuti latihan rutin tim basket SMPS Iskandar Muda. Selain itu, dua kali dalam sepekan, Yuwan mengikuti kursus alat musik drum. “Saya hobi menggebuk drum,” ujar Yuwan.  Lalu, apa cita-cita Yuwan? “Saya ingin menjadi pengusaha sukses. Membuka lapangan kerja pada masyarakat. Semoga ke depan, cita-cita ini bisa tercapai,” pungkas Yuwan sambil tersenyum. 
* masriadi sambo

data diri?

-    Nama: Yuwan Anmadet Oktario
-    Lahir: Lhokseumawe, 1 0ktober 1998
-    Orang tua: Ruswandi dan Sri Wahyuni
-    Alamat: Simpang Empat, Krueng Geukueh, Aceh Utara
-    Prestasi: Juara II Olimpiade Sains Nasional (OSN) pelajaran IPS,Aceh Utara tahun 2012, juara I olimpiade global house SMPS Iskandar Muda (2011), dan Juara II hapal ayat pendek tingkat Kecamatan Dewantara (2009)

Editor : hasyim/serambi

01.50 | Posted in , | Read More »

Wajibkan Pelajar Hapal Kosa Kata Bahasa Inggris


AGUS Mila Susanti termasuk guru berprestasi di SMPS Iskandar Muda yang berada di Kompleks PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) di Desa Tambon Tunong, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. Istri dari Arroni Walecsha itu meraih juara tiga pembimbing story telling (bercerita dalam bahasa Inggris) tingkat Provinsi Aceh tahun 2011. Lalu, pada tahun 2010 dia meraih terbaik pertama pembimbing story telling tingkat Aceh Utara.

Sejak tahun lalu, lulusan Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh tahun 2008 ini juga menjabat kepala urusan kesiswaan di sekolah tersebut. Wanita yang sering mengenakan jilbab besar ini mulai mengajar di sekolah itu sejak tahun 2009 dan mengasuh pelajaran bahasa Inggris.

“Untuk memudahkan pelajar memehami bahasa Inggris saya memberikan game (permainan) yang sesuai dengan tema pelajaran. Sehingga, mereka menyukai bahasa Inggris dan faham materi pelajaran yang saya sampaikan,” ujar Santi--panggilan akrab Agus Mila Susanti--kepada Serambi, kemarin.

Selain itu, sebut Santi, dirinya juga mewajibkan pelajar untuk menghapal kosa kata dalam bahasa Inggris. “Sehingga dengan memiliki perbendaharaan kata bahasa Inggris yang banyak, mereka akan mudah memahami bahasa Inggris. Satu lagi catatan dalam belajar bahasa Inggris, jangan takut salah berkomunikasi,” ujarnya.

Santi berharap semua pelajar di sekolah itu bisa meraih prestasi tingkat kabupaten maupun Provinsi Aceh. “Jika pelajar berprestasi itu merupakan kebanggan bagi kami semua guru SMP ini. Saya bercita-cita melanjutkan pendidikan magister dalam waktu dekat. Semoga cita-cita itu terkabul,” harap Santi. 
 * masriadi sambo
 
siapa santi?

- Nama: Agus Mila Susanti SPd
- Lahir: Samalanga, 15 Agustus 1986
- Suami: Arroni Walecsha
- Alamat: Desa Tambon Tunong, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara
- Prestasi: Juara III pembimbing story telling se-Aceh tahun 2011, juara I pembimbing stroy telling se-Aceh Utara (2010), Kepala Urusan Kesiswaan SMPS Iskandar Muda (2012)

Editor : hasyim/serambi

01.45 | Posted in , | Read More »

Belajar Tambahan untuk Tingkatkan Mutu Lulusan



SEJUMLAH pelajar terlihat serius membaca di ruang perpustakaan SMPS Iskandar Muda yang berada di Kompleks PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Desa Tambon Tunong, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, kemarin. Sebagian membaca buku-buku pelajaran dan sebagian lagi terlihat membaca kliping surat kabar.

Sekolah itu didirikan tahun 1982 dikelola Yayasan Kesejahteraan Karyawan (YKK) PT PIM. Namun proses belajar mengajar baru dimulai tahun 1988. Sekarang, sekolah itu memiliki 210 pelajar dan 30 guru. Sejak tahun 2008, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meresmikan sekolah tersebut sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dengan akreditasi A.

Untuk mendung proses belajar mengajar, sekolah itu dilengkapi laboratorium IPA, multimedia, komputer, dan perpustakaan yang memiliki 600 judul buku. “Setiap Kamis pagi, kami menggelar senam jantung sehat. Sedangkan setiap Jumat pagi, di halaman sekolah kami menggelar zikir dan membaca Yaasin bersama,” sebut Kepala SMPS Iskandar Muda, Husaini Ali.

Meski berstatus sekolah milik perusahaan, menurutnya, pelajar di sekolah tersebut berasal dari Kecamatan Dewantara, Banda Baro dan Kecamatan Nisam, Aceh Utara. Setiap semester, lanjut Husaini, pihaknya mengundang pakar dari berbagai perguruan tinggi di Aceh untuk melatih guru di sekolah tersebut. 

“Pakar yang diundang disesuaikan dengan mata pelajaran tertentu. Harapan kami, pelatihan buat guru ini bisa meningkatkan kualitas guru dan lulusan. Selama ini, pelajar kami lulus seratus persen saat ujian nasional,” ujar Husaini.

Disebutkan, khusus pelajar kelas tiga diwajibkan belajar tambahan pada sore hari di sekolah tersebut. “Harapan kami, mereka bisa lulus seratus persen saat ujian nasional April mendatang,” pungkas Husaini Ali. * masriadi sambo

Editor : bakri/serambi



01.42 | Posted in , | Read More »

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added