Merubah Karakter Perempuan Aceh
HUJAN baru saja membasahi Kota Lhokseumawe, sore itu, Kamis (10/4). Cut Eldinayanti tampak sibuk dikantornya di Jalan Listrik No.26 Pasar Inpres Lhokseumawe. Tepat didepan Rumah Sakit Askes kota petro dollar itu. “Sudah sepuluh bulan ini kami berusaha membantu kaum perempuan untuk peningkatan ekonominya,” ujar Cut Eldinayanti lembut. Menekuni kegiatan dibidang ekonomi mikro bukanlah hal mudah baginya. Dia alumni Fakultas Hukum Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, tahun 2002 silam. Kini dia menjabar sebagai general manager Baitul Qiraqh (BQ) Afdhal.
Terjun didunia bisnis khususnya ekonomi mikro menjadi tantangan baru baginya. Baru-baru ini dia mengunjungi Myanmar dan Turki untuk studi banding pengembangan ekonomi mikro disana. Dari situ, semangatnya muncul. Dia prihatin akan kondisi perekonomian masyarakat Lhokseumawe dan Aceh Utara. “Dari saya pikiran saya terbuka. Myanmar dengan Indonesia itu sama-sama Negara miskin. Kok mereka bisa mengembangkan ekonomi mikro bahkan nasabahnya sampai 15.000 orang lebih,” sebunya pada saya.
Disini pula dia berpikir keras untuk kemajuan perempuan Aceh. Uniknya, pinjaman yang diberikan oleh lembaganya itu tidak menggunakan jaminan didalamnya. Berbeda jauh dengan pinjaman bank komersil biasa. Dia sadar benar, pinjaman tanpa anggunan sangat beresiko tinggi. “Resiko tidak dikembalikan memang ya, kita tahu itu. Tapi, kita buat prosesnya sampai kita benar-benar yakin bahwa nasabah kita ini orang jujur,” sebut anak pertama dari tujuh bersaudara itu. Cut bekerja keras untuk membantu enam orang adik-adiknya. Selain itu, dia juga bekerja keras untuk mengembangkan lembaga yang dipimpinnya itu.
Pola yang digunakan terbilang mudah. Mereka datang mengunjungi calon nasabah di kampung-kampung. Lalu mereka menyarankan nasabah itu jika tertarik dengan pinjaman lembaganya, silahkan untuk membuat kelompok. “Kita gunakan analisa kredit. Kita berikan masyarakat bebas memilih kelompoknya sendiri,” sebut wanita kelahitan 1977 silam.
Cut-panggilan akrab Cut Eldinayanti mengaku sangat sulit mengubah karakter masyarakat Aceh. Karakter untuk mengembalikan pinjaman. “Pernah saya berpikir,saya ini orang bodoh yang bekerja merubah karakter dan menyakinkan orang untuk mengembalikan pinjaman. Tapi, saya terus usaha. Saya ingin memberikan bantuan modal untuk mereka. Meningkatkan kemampuan ekonominya,” sebutnya
Kini, setelah sepuluh bulan menekuni bisnis di lembaga syariah itu, Cut telah memiliki 1.800 orang nasabah. Dia juga telah membuka cabang di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Dalam waktu dekat ini dia merencanakan membuka cabang di Kabupaten Bener Meriah dan Kota Lhoksukon. “Saya yakin benar bisnis ini bisa jalan. Buktinya, sampai sekarang nasabah kita bertambah dan tingkat pengembalian kredit sampai 99 persen,” ujar gadis berkacama itu.
BQ Afdhal mematok nasabah khusus perempuan. Menurut Cut, tujuannya tak lain karena perempuan lebih giat bekerja dan jujur mengembalikan pinjaman dari pihaknya. Umumnya, lembaga yang dipimpinnya itu memang di dominasi oleh kaum hawa. Di kantornya terlihat wanita lebih dominan ketimbang pria. Akhir tahun mendatang, Cut menargetkan lembaganya memiliki nasabah sebanyak 10.000 nasabah. Dia terus mengembangkan modal awal yang dimilikinya sebanyak Rp 50 Juta. “Saya harap usaha ini berkembang. Dan, perempuan Aceh lebih mandiri lagi,” harapnya. [Masriadi Sambo]