(Perawan)ku
Matamu merah
Disatu sore
Jelang senja datang
Saat kita duduk, kembali di pantai itu
Tepat, 25 Februari
Tak tega aku melihatmu
Menatap bulingan itu mengalir pelan
Jatuh membasahi pipimu yang merah
Menahan malu
Direlung hati
Perkiraanku mengalir cepat
Aku tahu, apa yang ingin kau katakan
Ya, disaat senja semakin dekat
Katamu, kamu tak lagi memilikinya
Katamu, semua itu akibat bujuk rayu
Katamu, semua itu karena suka yang menggelora
Katamu, semua itu telah terjadi
(Perawan)ku
Katamu, telah melangkah jauh
Katamu, kau tak pantas untukku
Katamu, kau tak pantas di sini
Menceritakan ini
Katamu, kau tak ingin aku terluka
Disatu waktu yang kan tiba
Aku hargai itu
Aku maknai kejujuranmu
Bukan dengan emohku
Bukan pula dengan jijikku
Bukan pula dengan rasa mual yang sesak
Bukan
Kumaknai itu
Dengan ketulusanmu
Kepolosanmu
Keluguanmu
Dan niat mu yang jujur
Kudo’akan
Disatu hari depan
Kamu bisa lebih baik
Dibanding saat senja kan datang
Dibanding saat kamu duduk di depanku
Dibanding hari ini
Percayalah
Esok matahari masih terbit
Esok pula aku terus berjalan
Melang-lang buana
Mencari hati yang terpenggal
Selamat malam cinta
Maafkan aku yang menyita waktumu
Maafkan semua kenangan
Maafkan semua, sejak dulu, delapan tahun lebih lalu
Selamat malam cinta
Selamat jalan
Markas Biru, 27 Februari 2009.
Masriadi Sambo