Catatan Iklan Capres Indonesia 2009
Pemilihan kepala Negara (calon presiden-wakil) kali ini sedikit berbeda. Dulu, sejak presiden pertama Soekarno, hingga SBY semua mayoritas suku Jawa. Nuansa berbeda kali ini, tampilnya Jusuf Kalla (JK) sebagai capres, membuat nuansa lain. Nuansa, bahwa Indonesia merupakan Negara suku, negara pulau dan negara yang dihuni oleh ribuat etnis suku bangsa.
Inilah yang saya maksud berbeda. Trik politik memang aneh. Tim kreatif pasangan capres ini lalu menyusun strategi kampanye dengan menggunakan analisis komunikasi massa. Format iklan pun dibentuk beragam. Tujuannya tak lain, agar menyentuh akar rumput pemilih. Merebut hati pemilih memang penting untuk musim ini.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan tiga pasang Capres yaitu Megawati Soekarno Putri-Prabowo, SBY-Boediono, JK-Wiranto. Hanya JK yang bukan suku jawa dari seluruh nama elit yang akan bertarung itu. JK asli bugis.
Dalam catatan saya, sejak awal SBY tidak komit dengan iklan yang akan dijual ke masyarakat. Tim SBY ketika deklarasi pencalonan, menggunakan slogan SBY-Berbudi. Kemudian berubah karena kritikan tajam dari sejumlah kalangan yang menyudutkan Boediono. Jadilah, SBY-Boediono yang kemudian dijual ke masyarakat pemilih. Sedangkan, JK-Win lebih komitmen. Mereka dari awal hingga jelang detik pemilihan menggunakan kata itu. Kemudian, Mega-Pro juga komit. Meski, jika mencari pada mesin pencari otomatis google dengan mengetik kata Mega-Pro, maka akan keluar produk kendaraan roda dua. Sah saja, mendompleng nama produk. Tujuannya untuk memudahkan masyarakat mengingat iklan itu,.
Dari sisi produk iklan,tim JK tampak lebih kreatif. Sebut saja misalnya, iklan tentang program MAMPU (Modal Usaha untuk Pemuda) dengan bintang iklan Cut Mini. Sosok Cut Mini diidentikkan dengan Film Laskar Pelangi yang booming itu. Cut Mini dengan logat Belitong menjadi ikon yang tepat untuk jenis iklan itu. Begitu juga iklan JK lainnya.
Sedangkan SBY, iklan yang paling fenomenal adalah iklan dengan narasi lagu sebuah produk mie instan. Ini juga sah. Toh, tujuan iklan agar mudah diingat. Namun, dari sisi new , iklan ini tidak baru. Bagi saya, iklan ini tidak menarik. Lalu, Mega-Pro, iklan pro rakyat, jauh lebih kurang menarik, dibanding iklan-iklan Prabowo ketika mempromosikan Partai Gerindra. Iklan Gerindra pada Pemilu legislatif 9 April 2009, jauh lebih baru, lebih mempesona, dan jauh lebih tegas, dibanding iklan pasangan Mega-Pro ketika sudah dideklarasikan menjadi Capres.
Dunia iklan memang subyektif. Bagi saya, bisa saja iklan JK lebih menari, lebih baru, lebih beragam. Bagi penonton lainnya, iklan ini belum tentu menarik. Bisa jadi, iklan SBY atau Mega yang menarik.
Meski begitu, patut diakui, Pemilu 2009, lebih beragam. Lebih indah dari sisi pemasangan iklan. Dalam ranah iklan, saya menilai, iklan satu putaran yang diterbitkan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini yang tidak menarik. Tidak menarik dari sisi pola penyampaian. Iklan ini dikemas, mendukung salah satu pasangan Capres. Dalam dunia komunikasi politik, lakon ini juga sah. Namun, sebagai masyarakat, saya kurang suka akan iklan itu. Sudah sepatutnya, demokrasi kita lebih bebas. Lebih mantap. Biarkanlah masyarakat memilih, siapa pun yang menang, ayo mengontrol dan mendukungnya. Rakyat menunggu janji mu para Capresku. [070709 | masriadi sambo]