Mewawancarai Wartawan
SORE ini, 4 Maret 2011, saya dan seorang teman menerima kunjungan dari tiga orang pelajar di salah satu SMA di Lhokseumawe. Mereka mengatakan mendapat tugas dari gurunya untuk mewawancarai beberapa wartawan media cetak dan elektronik di kota ini. Bagus juga. Memperkenalkan dunia wartawan pada pelajar.
Perbincangan sore itu pun mengalir. Namun, saya terkejut, ketika si pelajar memberikan pertanyaan apakah ada pengadilan khusus buat wartawan, layaknya pengadilan militer dan pengadilan tipikor? Menurut yang didengarnya, bahwa ada pengadilan khusus untuk mengadili kesalahan-kesalahan wartawan.
Di negeri ini, belum ada pengadilan khusus untuk wartawan. Pengadilan khusus hanya untuk militer dan para tersangka korupsi, di pengadilan tipikor. Itu pun, pengadilan tipikor di daerah baru direncanakan.
Memperkenalkan dunia jurnalisme kepada para pelajar sebuah langkah yang perlu didorong dan dikembangkan di seluruh sekolah di Aceh. Bahkan dinegeri ini. Mungkin, bisa dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal. Tujuannya agar seluruh pelajar faham dengan dunia jurnalistik. Seluruh negara tentu sepakat, bahkan jurnalis merupakan salah satu elemen demokrasi. Semakin banyak faham masyarakat tentang dunia jurnalis, maka semakin ketat pula kontrol sosial yang dimuncul dari seluruh pelosok desa. Mereka akan kritis dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya. Mengkritisi pembangunan di desanya. Bukan hanya sekadar menghujat tanpa data dan fakta, ya ibarat cang panah di warong kupie.