Bertambah Tahun
HARI ini tepat 9 April 2008. Besok matahari masih bersinar. Mentertawakanku yang tak pernah bisa memberi yang terbaik buat teman-teman. Buat keluarga. Buat guru dan buat reputasi. Sifat cuek yang kelu. Diam yang beku. Membuatmu dan semua teman-teman terkadang hanya diam. Ketika aku berkhotbah untuk yang menurutku sebuah kemajuan bersama. Kemajuan gerakan yang menentang penindasan. Kemajuan moral. Kemajuan akidah. Kemajuan nilai akademik. Dan, kemajuan isi dompet kita.
Ini yang selalu kalian katakana usil dan rewel. Jalan masih panjang. Dunia besok terus berputar. Membalikkan nasib. Menjadikan kaya menjadi miskin. Miskin menjadi kaya. Kurus menjadi gendut. Gendut menjadi kurus seperti triplek. Inilah hidup. Tak bisa tebak. Hidup ini hanya sepintas saja. Hanya numpang untuk bekerja, beribadah dan ber-apapun yang kita lakukan. Itulah. Mungkin, akulah yang sulit kamu tebak. Ketika aku diam. Kamu selalu katakan, ah, karena sariawan.
Entahlah. Aku sadar, belum bisa berikan terbaik. Untukmu, untuk semua teman-teman. Sekarang, satu hal yang ingin kukatakan, selamat ulang tahun. Moga kamu membuka rumah mayaku ini. Dan, semoga kamu sukses selalu. Berbuat lebih baik. Untukku, untuk teman-teman kita. Untuk semua umat manusia. Aku salut kemandirianmu. Tabikku. Tak bisa aku berikan apa-apa ketika usiamu bertambah. Ya, paling tidak aku sudah pasang fotomu di rumah mayaku dan tak akan terhapus. Selamat ulang tahun. Selamat ulah tahun. [Masriadi Sambo]