Harmonisasi Parlok
Jika tahun 2006 disebut sebagai tahun awal
Idiologi politik seringkali berbeda dalam ranah demokrasi. Dalam demokrasi perbedaan pemikiran merupakan sebuah rahmat dan sah dilakukan. Nah, untuk tahun 2009, sesuai dengan Undang-undang Pemerintahan Aceh, perbedaan idiologi politik juga terjadi di Aceh. Setidaknya, menjelang pemilu yang direncanakan April 2009 mendatang, terjadi perbedaan idiologi yang khas antara Partai Politik Lokal (Parlok) dengan Partai
Ironis ditengah khasanah semangat menjaga perdamaian di Aceh, serta mewujudkan Aceh yang bermartabat terjadi insiden-insiden yang menimpa Parlok. Salah satunya, peristiwa terakhir, pembakaran
Ini insiden pertama yang paling banyak menyita perhatian elemen sipil dan militer di Aceh.
Kembali, saya ragu, benarkah seluruh masyarakat Aceh tau kondisi politik di Aceh saat ini? Taukah mereka tentang keberadaan tugas, fungsi dan tujuan parlok yang tercantum dalam Pasal 79 UUPA. Dipasal itu disebutkan, parlok merupakan salah satu lembaga pendidikan politik. Untuk itu, perlu harmonisasi antar parlok yang akan bertarung di tahun 2009 mendatang. Harmonisasi ini tentunya tidak serta merta berlangsung begitu saja. Perlu pihak tertentu untuk mempertemukan selusin parlok yang sedang menjalani verifikasi di Departemen Hukum dan HAM Aceh. Jika tidak, maka harus ada kesadaran politik antar parlok di Aceh untuk duduk dan bertemu membahas permasalahan politik yang terjadi di Aceh.
Mungkinkah itu terjadi? Mungkin saja. Malah, jika ini terjadi, meminjam kalimat M.Akmal, seorang pengamat politik Aceh, kedewasaan politik di Aceh semakin terlihat. Dimana, elit parlok bertemu dan membahas permasalahan yang dihadapi. Masalah yang dikaji bisa saja masalah yang sedang terjadi terhadap salah satu parlok. Misalnya, kasus pembakaran itu. Bukan tidak mungkin, kasus yang sama akan menimpa parlok lainnya. Nah, inilah yang perlu dibicarakan antar parlok. Harmonisasi politik ini
Kebingungan Politik
Diakui atau tidak, tingkat pemahaman masyarakat Aceh tentang politik memang masih lemah. Masyarakat pedalaman cendrung tidak memikirkan tentang perkembangan politik dan pentingnya mengikuti perkembangan situasi politik daerah ini. Bagi masyarakat awam, lebih penting membicarakan soal pertanian dan harga beras. Ini patut difahami. Konflik berkepanjangan yang terjadi di Aceh, seakan membuat masyarakat lebih berfikir untuk memperbayak isi tabungan keluarga. Sehingga, ketika konflik kembali terjadi, mereka bisa bertahan. Semoga konflik itu tak pernah terulang. Sikap cuek masyarakat ini tidak bisa dibiarkan. Masyarakat harus diberi pemahaman tentang politik. Ya, sejenis pendidikan politik untuk masyarakat sipil.
Jika tidak munculnya parlok dan parnas di Aceh dalam pemilu mendatang akan membuat kebingungan politik yang luar biasa pada masyarakat. Kenapa , jumlah parlok dan parnas yang akan mengikuti pesta demokrasi begitu banyak. Puluhan jumlahnya. Ini yang membuat mereka
Untuk menghindari kebingungan politik ditengah masyarakat, perlu sebuah lembaga independen yang melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat. Tugas lembaga independen ini hanya mencerdaskan masyarakat pemilih untuk mengetahui bagaimana penting tidaknya mengikuti pemilu. Sehingga, tingkat pemilih pada 2009 mendatang sesuai dengan data jumlah pemilih yang ada pada
Jika memungkinkan, wadah diskusi antar parlok yang saya sebutkan diatas bisa melakukan pencerdasan politik ini pada masyarakat. Namun, bukan dalam bentuk kampanye. Bentuknya bisa jadi, secara bersama perwakilan parlok memberikan gambaran penting tidaknya mengikuti pemilihan nantinya. Jika parnas ingin bergabung dalam wadah ini, sah saja. Bahkan semakin baik. Ini memperlihatkan politik yang sehat dan komunikasi politik yang baik antar parlok dan parnas. Sehingga, dengan kaharmonisan yang begitu kental, kondisi stabilitas politik menjelang pemilu 2009 mendatang semakin membaik. Jika ini terjadi, sangat sulit para pelaku kejahatan politik untuk mengadu domba antar parlok yang satu dengan parlok lainnya, antara parlok dan parnas, antara parlok, parnas dan masyarakat. Toh, masyarakat yang menjadi sasaran empuk propaganda politiknya juga sudah mengerti benar tentang apa itu pemilihan, partai dan lain sebagainya. Selain itu sikap duduk bersama dan datang bersama ini akan membuat masyarakat memiliki kepercayaan bahwa parlok, parnas di Aceh memang betul-betul ingin mewujudkan Aceh damai, kemajuan ekonomi dan mewujudkan Aceh yang bertabat. Simpan dulu keinginan untuk meraih suara sebesar-besarnya saat ini. Persaingan itu akan dimulai ketika hasil verifikasi telah diumumkan. Bagi yang parlok yang lolos verifikasi bersyukur, bagi yang tidak silahkan melebur (koalisi) dengan parlok lainnya. Dalam persaingan merebut suarapun, parlok dan parnas yang bermain di Aceh perlu ingat satu hal, yaitu menjaga perdamaian. Jangan saling hasut dan kisut. Ingat, Aceh baru saja damai. Dan, menjaga perdamaian adalah tugas mulia yang patut diemban. Mungkinkah itu terjadi? Kita lihat saja episode pendewasaan politik di Nanggroe ini. [Masriadi Sambo]