Rekam Mitos di Kampung PuloBluek
KAMPUNG Pulo Bluek, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara terlihat sepi. Tak ada lalu lalang kendaraan. Pintu-pintu rumah penduduk tertutup rapat. Masyarakat sibuk bekerja di kebun mereka, menanam cabai, padi, sawit dan tanaman lainnya, untuk menghidupi keluarga. Saya memasuki kampung itu bersama, Bachtiar Saiful, ketua tuha peut desa tersebut.
Jalan-jalan di sana rusak parah. Bahkan, tidak ada lagi bangunan aspal di badan jalan kampung itu. Satu hal yang unik, masyarakat di sana percaya benar akan legenda Datuah. “Orang-orang di kampung ini percaya benar tentang kisah Datuah. Dia orang yang baik. Begitu yang saya tau dari orang-orang kampung,” sebut Bachtiar Saiful.
Menurtnya, Datuah adalah sosok wanita pertama yang membuka kampung itu. Datuah juga tidak bekerja. Kesehariannya dihabiskan dengan memberikan air pada binatang seperti burung, sapi, kerbau dan lain sebagainya sebagainya. Hingga kini, Bachtiar Saiful, menyebutkan masyarakat masih percaya akan kisah tersebut. “Seringkali masyarakat berziarah ke kuburan Datuah,” ungkapnya. Bahkan tak jarang, masyarakat kampung itu yang telah berada di luar daerah ketika kembali juga berziarah ke makam itu. Sesekali masyarakat di luar Kecamatan Meurah Mulia juga datang berziarah.
Uniknya makam itu hanya terdapat satu batu nisan, batu nisan satunya lagi tidak diketahui dimana letaknya.
Masyarakat di sana mempercayai datuah sosok keuramat. “Banyak orang-orang tua kampung ini dulu sempat melihat wajah Datuah. Kalau saya tak sempat melihat lagi,” sebutnya. Sayangnya, makam Datuah yang terletak di pinggir lokasi persawahan kampung itu tidak ditata dengan rapi. Tak ada gapura dan tanda yang menandakan kuburan tersebut kuburan orang keuramat. Bahkan, masih menurut Bachtiar Saiful, ketika hewan seperti kerbau dan sapi mati, biasanya hewan-hewan itu berada di kuburan Datuah. “Seakan tau saja sapid an kerbau itu dirinya ingin mati. Mereka mengantarkan dirinya dekat Makam Datuah,” ujar Bachtiar Saiful
Bachtiar Saiful menyebutkan, kuburan itu umumnya dibersihkan masyarakat ketika musim panen padi tiba. Jika padi masyarakat di daerah itu diserang hama tikus, maka ramai-ramai masyarakat meletakkan padi di dekat makam Datuah. Seorang petani, biasanya meletakkan dua atau tiga ikat padi yang telah di panen. “Kita percaya kalau meletakkan padi di dekat Makam Datuah, maka hama tikus akan hilang,” sebut Bachtiar Saiful. Mitos ini sampai saat ini masih dipercayai dan diyakini masyarakat di sana.
Seorang masyarakat lainnya, Ismail Isa, membenarkan cerita Bachtiar Saiful. Datuah, adalah sosok wanita kharismatik yang hingga kini melekat di benak masyarakat di sana. “Umumnya masyarakat terus menceritakan kisah Datuah ke anak-anaknya,” sebut Ismail Isa.
Kini, makam Datuah, wanita yang kabarnya tak pernah menikah itu tidak terawat. Memang di Aceh, makam ulama, tokoh kharismatik sampai ke tokoh pahlawan nasional seperti Cut Nyak Mutia belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah sendiri. Seharusnya kisah legenda dan sejarah di Aceh perlu dibukukan, ditulis secara utuh dengan penelitian ilmiah. Ah, entah kapan Dinas Kebudayaan melakukan hal itu? Entahlah. [masriadi sambo]