MOST RECENT

|

Setelah BLT Pergi


SAMBINO termangu duduk di depan rumahnya di Desa Trieng Pantang, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara. Wanita ringkih berusia 60 tahun ini tersenyum menerima kedatangan Independen, Selasa (6/1).

“Nyo keuh udep lon (Inilah hidup saya, Red). Tak ada yang peduli,” kata Sambino. Matanya nanar menatap sekeliling rumah. Ia hidup sendiri sejak dua puluh tahun lalu. Suaminya meninggal dunia karena sakit.

Ibu satu orang ini, tak kuasa menahan air mata. Rumah itu berdinding bambu yang dibelah-belah. Atap rumbia yang dipasang sudah bocor. Tak mampu menahan sinar matahari. Kondisi itu telah dialami wanita tua itu sejak lima tahun terakhir.

Penderitaan wanita ini belum usai. Tepat tahun 2004, putri semata wayangnya, Samiyah (30 Tahun) mengidap lumpuh separuh badan. Badannya sulit untuk digerakkan. “Sebelah badan anak saya mati rasa. Dia tak bisa merasakan apa-apa. Dia lumpuh,” terang Sambino. Perihnya lagi, suami Samiyah pergi entah ke mana. Meninggalkan penderitaan istrinya sendiri.

Kini, putri semata wayangnya itu menetap bersama Sambino. Sebagian dinding rumah ditempel dengan daun kelapa yang telah dianyam. Rumah itu hanya berukuran, 3 x 4 meter. Di situlah, Sambino menghitung hari. Untuk membiayai hidupnya, dia bekerja ala kadar pada warga setempat.

“Sekarang saya agak senang, karena anak saya sudah lumayan. Sudah mulai bisa menggerakkan badannya,” kata Sambino. Apakah menerima BLT (Bantuan Langsung Tunai)? Sambino tersenyum.

Penyaluran BLT tahap awal wanita ini menerima uang Rp 300.000. Uang itu digunakan untuk biaya berobat putrinya, juga untuk kebutuhan dapur. Anehnya, bantuan BLT tahap dua, Sambino tidak menerimanya. “Saya hanya menerima sekali. Saya tidak tahu, kalau ada bantuan untuk kedua kalinya.

Ya, sudahlah. Orang tua seperti saya ini mudah ditipu-tipu,” ujarnya lirih. Setelah itu, hingga kini dia tidak menerima bantuan apa pun dari Pemerintah Aceh Utara. BLT telah berlalu. Tahun 2006 silam, pekerja yang mengaku dari Dinas Pemberdayaaan Masyarakat dan Bina Sosial (PMBS) Aceh Utara pernah datang. “Awak nyan peugah neuk bri rumoh bantuan keu lon.

Tapi, sampoe jinoe hana. (Mereka bilang, mau beri rumah bantuan untuk saya. Tapi, sampai sekarang tidak ada, Red),” katanya. Dia ingin menghabiskan masa tua di rumah layak. Namun, dia tak kuasa. Tak memiliki dana untuk merehab rumahnya. Entah sampai kapan, ia menunggu bantuan untuknya. [masriadi sambo]

Publis Oleh Dimas Sambo on 02.12. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added