MOST RECENT

|

Membongkar Borok PDAM Tirta Mon Pase


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mon Pase, Aceh Utara, kini centang perenang. Kondisi ini merupakan proyek salah urus yang dilakukan manajemen sebelumnya, Yunus Kiran (Yuki). Kini, Yuki berstatus tersangka dalam kasus bobol kas Aceh Utara Rp 220 pada Bank Mandiri Jelambar. Yuki kini mendekam di rumah prodeo Salemba, Jakarta.

LIMA orang bocah bermain santai di atas tempat penampungan air, Water Trande Plan (WTP) di Desa Babah Krueng, Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Gedung itu berkapasitas 10 liter per detik. Didanai oleh SAB-SAS Belanda. Sampah terlihat menumpuk di gedung itu. Bahkan, tempat penampungan air juga terlihat jorok, penuh sampah. WTP ini tidak digunakan sejak dibangun tahun 2006 silam. Bahkan, sebagian besi di gedung itu juga hilang alias gedung ini terlantar.

Tidak jauh dari situ, sekitar 200 meter, juga terdapat WTP yang dibangun oleh IRD dan Unicef. Kapasitasnya, 20 liter per detik. Sekilas gedung ini terlihat digunakan. Namun, lihatlah kedalam, tidak ada kegiatan apa pun di sana. Hanya gedung kosong. Penelurusan Kontras, bahwa tahun 2006, Unicef dan IRD bahkan berencana menyumbangkan jaringan pipa sepanjang 18 kilometer lintas Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu-Sawang. Saat itu, Direktur Utama PDAM Tirta Mon Pase, masih dijabat Azhari. Kemudian, terjadi pergantian pimpinan, menjabat Direktur Utama, Yunus Kiran. Bupati Aceh Utara, memilih Yuki untuk menjabat Dirut PDAM. Padahal, dari pengalaman, Yuki tidak pernah bekerja sebagai pengelola perusahaan air minum. Dia hanya pengacara senior di Lhokseumawe.

Terjadi perbedaan pandangan antara Yuki dan lembaga donor. Akhirnya, donor pun tidak jadi membangun jaringan pipa sepanjang 18 kilometer itu. Ironisnya lagi, dua WTP itu tidak bisa difungsikan. Pasalnya, jaringan pipa tidak ada untuk disambungan ke sambungan rumah warga. Tokoh masyarakat di Kecamatan Sawang, Muhammad Sawang, menyesalkan sikap itu. “Saya sudah berkali-kali mengatakan hal ini pada PDAM. Tapi, tidak digubris. Waktu itu, masih dijabat Pak Yunus Kiran,” kata Muhammad Sawang, ditemui dirumahnya, Rabu (13/10).

Muhammad menyebutkan, jikalah Yuki, tidak berkeras, maka IRD dan Unicef akan membangun jaringan pipa. Jika begitu, maka masyarakat Sawang sudah menikmati air bersih. Saat ini, sebagian daerah sudah ada pipa. Namun, masih banyak yang belum. Ditambah lagi, WTP, tdiak difungsikan. “Bagaimana kita berkeras dengan lembaga donor. Kita yang ikut aturan main mereka. Karena mereka pemilik uang dan ingin membantu kita. Ini sebaliknya, kita yang berkeras dengan keinginan kita, harus A, B dan seterusnya. Kan aneh,” terang Muhammad Sawang.

Seharusnya, dua WTP itu difungsikan, maka persoalan air bersih di Kecamatan Muara Batu, Sawang, Nisam, dan sebagian Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen. Namun, lagi-lagi, masyarakat di daerah itu tidak bisa menikmati air bersih. Itu belum seberapa, lihatlah gedung pusat pengelolaan air di Lhoksukon, Aceh Utara. Gedung mewah itu ditumbuhi rumput, semak. Tidak layaknya sebuah gedung. Sedangkan bak penampungan air, penuh lumut. Gedung itu seolah tidak terawat. Padahal, pusat air bersih untuk kawasan timur Aceh Utara, bersumber dari WTP itu. Ini pula menjadi salah satu penyebab, air yang disuplai PDAM keruh. Tak jarang seperti air comberan.

Persoalan lainnya yang ditinggalkan Yuki adalah tidak bisa mengatasi kebocoran air. Kebocoran air mencapai 60 persen. Idealnya, hanya 10-15 persen. Salah satu kebocoran terletak di Desa Glee Dagang, Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Pecaran air terlihat jelas, muncrat dari sambungan pipa yang bocor. Air ini kemudian digunakan masyarakat untuk mandi dan air minum. Air bocor ini berasal dari WTP desa itu. Kapasitas WTP ini jauh lebih besar, yaitu 40 liter per detik. Kapasitas itu melebihi dengan jumlah sambungan rumah yang ada, hanya sebesar 15.000 sambungan rumah. WTP ini dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh-Nias. Idealnya, dengan kapastias 40 liter per detik, bisa disalurkan ke 3.500 sambungan rumah. Namun, jumlah sambungan masih sangat minim.
“Seringkali bocor di sini. Kami senang saja kalau bocor, kan bisa digunakan untuk mandi, dan air minum,” kata Munawarah, warga Desa Glee Dagang.
Artinya air berlebih. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di Lhokseumawe. Masyarakat di Lhokseumawe seringkali kesulitan air bersih. Bahkan, tidak jarang air mati berhari-hari. Suplai air bersih di Lhokseumawe memang masih ditangani oleh PDAM Tirta Mon Pase.

Salah seorang masyarakat di Desa Kampung Jawa Lama, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Mulyadi Saleh, sangat mengesalkan sikap PDAM Tirta Mon Pase. “Mereka kan jual. Kami beli. Jadi, harap diperhatikan kebersihan air. Ini kalau tidak keruh, mati. Kalau tidak mati, airnya ngecret, keluarnya hanya sedikit,” kata Mulyadi. Kuwalitas air memang masih buruk. Sumber air utama PDAM dari Krueng Pase, keruh. Sehingga, tawas dan bahan kimia yang lain, lebih banyak diperlukan untuk mengolah air siap minum.
Bukan hanya di Kecamatan Banda Sakti, kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Muara Dua, dan Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe. Selain itu, mantan Kepala Bagian Humas PDAM Tirta Mon Pase, Fauzi Abubakar, menyebutkan bahwa tenaga kerja lapangan PDAM tidak professional. Seringkali, petugas pencatat meteran tidak melakukan pencatatan. Namun, hanya mereka-reka saja. Makanya, tidak jarang, pada loket pembayaran terjadi komplain. “Misalnya, bulan ini dibayar Rp 50.000. Bulan depan bisa jadi, mencapai Rp 100.000. Masyarakat ya rugi, pasti protes,” kata Fauzi. Dia menyebutkan, umumnya, pelanggan tidak keberatan dengan kenaikkan harga, asal kuwalitas dan pasokan ke pelanggan air terjamin.

Selain itu, dosa adalah jumlah tenaga kerja di PDAM terlalu besar. Mencapai 201 tenaga kerja. Jumlah itu terlalu besar untuk sebuah PDAM yang hanya mengelola Aceh Utara dan Lhokseumawe. Otomatis biaya gaji sangat besar yang perlu dikeluarkan. Selain itu, tenaga kerja ini juga tidak memiliki kemampuan bidang keairan. “Bidang operator, mereka belajar dan bekerjalah disitu. Sumber daya manusia yang perlu dibenahi,” ungkap Fauzi yang mengundurkan diri sejak Oktober 2008 lalu.
Masalah lainnya, Yuki menolak bergabung dengan PDAM Regional yang difasilitasi oleh SAB-SAS Belanda. Pada rapat di Medan, tahun 2007, PDAM Tirta Mon Pase, satu-satunya PDAM yang menolak bergabung dengan PDAM Regional. Padahal, seluruh kabupaten di Aceh bergabung dengan PDAM Regional. Keuntungannya adalah, jaringan kerjasama regional dengan lembaga donor atau investor masuk dari pintu PDAM Regional ini. Namun, Yuki menolak itu.
Kemudian, menjadi aneh, ketika Yuki mengancam memutuskan saluran air ke Lhokseumawe. Dia menyebutkan, Lhokseumawe harus membantu subsidi untuk PDAM. Jika tidak, maka saluran pun akan diputuskan. Ini pula yang membuat masyarakat berang. Prinsip bisnis adalah, PDAM menjual air, dan masyarakat Lhokseumawe membeli air. Kini, segudang persoalan ini pun menumpuk untuk diselesaikan.
“Kita berharap, agar Dirut PDAM yang baru, mampu membenahi seluruh permasalahan yang ada di PDAM. Sehingga, perusahaan itu maju dan berkembang pesat,” harap Fauzi.

PDAM Lhokseumawe
Berang dengan ancaman PDAM Aceh Utara, Pemko Lhokseumawe, mendirikan perusahaan daerah sendiri. Qanun pendirian PD telah disahkan. Informasi yang dihimpun, salah satu unit dari perusahaan itu adalah mengelola bidang air minum. Namun, terkendala persoalan dana. Pemko tidak memiliki budget yang kuat untuk mendirikan PDAM. Untuk itu, anggota DPRK Lhokseumawe, meminta agar PT Arun, NGL menghibahkan mesin air miliknya ke Pemko Lhokseumawe. Hal ini seiring dengan berakhirnya operasi PT Arun, 2012 mendatang. Saat ini, PT Arun sudah banyak mendirikan yayasan untuk menampung asset yang tidak mereka gunakan lagi.

“Kita minta agar PT Arun menghibahkan mesin airnya ke Pemko Lhokseumawe. Jadi, duduk dua pihak antara Pemko dan Arun untuk hibah ini. Ini untuk menjamin ketersediaan air bersih di Lhokseumawe,” kata anggota DPRK Lhokseumawe, Amir Gani.
Dia menyebutkan, kapasitas mesin air minum milik PT Arun NGL itu mencapai 430 liter per meter kubik. “Untuk itu, kita minta agar PT Arun menghibahkannya. Dan, eksekutif segera menjajaki peluang ini dengan PT Arun,” harap Amir Gani. Jika tidak, persoalan air minum di Lhokseumawe tidak akan selesai.
Sementara itu, Walikota Lhokseumawe, Munir Usman, menyebutkan perusahaan daerah Lhokseumawe kedepan juga akan membidik pengelolaan air minum. Munir mengatakan saat ini dirinya sedang mencoba memperbaiki paradigma berpikir masyarakat. Dia ingin agar perusahaan itu nantinya fokus pada profit oriented. “Saya ingin perusahaan itu nantinya focus pada profit oriented. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan daerah,” kata Munir.

Siapa personalia perusahaan itu? “Ah, belum sampai ke situ. Saya mau rubah paradigma dulu. Lalu, baru pada rekruitmen personalia. Tapi, yang mau duduk di situ sudah banyak. Belum kita putuskan,” kata Munir. Dia mengatakan, lobi dengan PT Arun sudah memadai. Pada pembicaraan awal, PT Arun sudah sepakat untuk menghibahkan mesin pengolahan air mereka. Namun, teknis penyerahan dan hibah bantuan itu akan dibicarakan kemudian. “Prinsipnya PT Arun setuju. Nantinya, mereka akan membeli air dari PDAM Lhokseumawe. Tapi, ini sedang dikaji oleh PT Arun. Penyerahan hibah itu kan ada prosesnya. Dalam waktu dekat ini akan kita bicarakan lagi dengan PT Arun,” terang Munir.
Dia berharap, jika PT Arun sudah memberikan mesin pengolahan air itu. Maka persoalan air bersih bisa teratasi di Lhokseumawe.

Pengacara Yuki Tutup Mulut
Sementara itu, pengacara Yunus Kiran, Zulfira SH tutup mulut. Pengacara perempuan yang lama menetap di Lhokseumawe itu, tidak menjawab telepon dari wartawan media ini. Bahkan, berkali-kali ditelepon dengan menggunakan telepon redaksi dan handphone, juga tidak diangkat. Pertanyaan yang dikirim via sms pun juga tidak dibalas. Bahkan, sampai deadline, Zulfira akrab disapa Fira tidak membalas sms yang wartawan Kontras.
Kini, Bupati Aceh Utara, Ilyas A Hamid, alias Ilyas Pase, mempercayakan jabatan Direktur Utama, pada Zulfikar Rasyid. Untuk kali ini, benarkah tindakan Ilyas Pase memilih Zulfikar? Inilah ujian berat bagi Zulfikar Rasyid. Salah urus lagi, atau PDAM akan semakin maju ke depan? Entahlah. (masriadi)

Publis Oleh Dimas Sambo on 03.32. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Membongkar Borok PDAM Tirta Mon Pase"

Posting Komentar

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added