Darwis, Ahlinya Mengawinkan Padi
DARWIS Dek Johan (32) terlihat sibuk mengelola padi miliknya di Desa Baroh Kuta Bate, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, Kamis (6/1) siang itu. Sesekali tangannya menyeka keringat yang mengalir di dahi. Matanya nanar menatap bulir padi yang telah menguning. Padi itu terlihat subur dengan bulir yang padat.
Pria yang baru mengakhiri masa lajangnya itu memang unik. Tidak seperti petani kebanyakan di Aceh yang hanya puas dengan menggunakan bibit padi yang telah disediakan di pasar. Dia coba mengawinkan bibit padi IR 64 dengan Ciherang.
Hasilnya, bibit padi yang dia gunakan kini bisa dipanen lebih cepat dibanding padi kebayakan. Varietas baru yang ditemukan Darwis bisa dipanen hanya 88 hari sejak bibit disemai. Lazimnya mencapai 105 hari. Artinya, 17 hari lebih cepat.
Darwis mengawinkan dengan cara mengambil serbuk sari IR 64, lalu dimasukkan ke dalam bulir Ciherang. Kedua serbuk sari pun menyatu. Bibit yang menyatu inilah yang disebut varietas bibit padi baru.
Dia menyebutkan, varietas bibit padi itu dihasilkan sejak lima tahun lalu dan setelah mengalami kegagalan hingga 15 kali. “Saya coba berulang-ulang,” kenang Darwis.
Seluas 200 meter persegi lahan sawah peninggalan almarhum ayahnya dijadikan lahan ujicoba. Darwis tak patah arang. Dia terus memacu penelitian dengan biaya sendiri.
“Niatnya hanya untuk bisa cepat panen. Kemudian, saya pernah belajar soal pertanian di luar negeri selama dua tahun, Jadi, saya coba praktikkan dan ternyata berhasil,” sebut alumnus Universitas Abulyatama, Banda Aceh ini.
Varietas bibit padi baru yang ditemukan Darwis pun belum diberi nama hingga kini. “Nantilah soal nama, mungkin saya pakai nama saya atau nama kampung saya,” ujarnya sambil tersenyum.
Darwis yakin, dengan bibit padinya bisa menghasilkan sebanyak 12 ton padi per hektare. Secara nasional hanya sekitar 8-9 ton per hektare. Bahkan di Aceh hanya pada kisaran 5-7 ton.
“Saya terus kembangkan. Saya ingin, agar padi bisa dipanen hanya dengan waktu 80-84 hari sejak bibit disemai. Jika ini berhasil, saya baru cari uang untuk mematenkan karya saya ini,” terang Darwis.
Pola tanam yang diterapkan Darwis yaitu satu batang padi per satu tajukan dengan jarak tanam 30 x 30 centimeter. Umumnya, petani di Aceh menanam padi dengan jarak tanam 20x 20 centimeter. “Dari satu batang itu akan lahir anak padi sebanyak 50-80 batang. Kalau padi sekarang itu anaknya hanya 30 batang. Itu dengan bibit sekitar lima batang satu tajukan,” beber Darwis.
Darwis memang pria unik. Sehari-hari dia terus bergelut di sektor pertanian dengan caranya sendiri. Beberapa waktu lalu dia juga mengawinkan bibit cabai. Hasilnya, cabai bisa setinggi dua meter dengan produksi buah yang luar biasa banyak. Dia juga meramu daun-daun hasil alam menjadi obat pemberantas hama kakao. Sampai kini semua karyanya belum dijual secara komersial.(masriadi sambo)
Akses m.serambinews.com dimana saja melalui browser ponsel Anda.
mkm
sorry ganggu
ngmng" boleh minta email'y gx boss
soalnya tertarik untung betanya sama urusan padi
terimakasih
by ank agroteknologi