Guru yang Aktif di Majelis Taklim
PAGI itu Drs Hamdani A Jalil sedang mengitari kompleks MIN Lhoksukon, Aceh Utara. Sesekali dia berhenti, memperhatikan guru yang sedang mengajar di kelas. Sebelum menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Hamdani sempat menjadi guru honorer di sejumlah sekolah seperti MAN Matangkuli dan MAN Lhoksukon.
“Selesai kuliah di IAIN Sumatera Utara tahun 1999, saya menjadi tenaga honorer selama lima tahun di dua sekolah itu,” ujar Hamdani. Kini, Hamdani menjadi seorang guru berprestasi sekaligus kepala MIN Lhoksukon. Tahun 2005, dia meraih juara satu guru berprestasi tingkat madrasah di Aceh Utara. Lalu, pada lomba sejenis di tingkat provinsi, Hamdani meraih juara dua.
“Saya terus belajar, membaca buku dan koran guna meningkatkan pengetahuan. Saya ingin segera menyelesaikan pendidikan magister saya di IAIN Ar Raniry. Semoga tahun ini bisa selesai,” sebut Hamdani. Kegigihan Hamdani belajar membuahkan hasil. Pada tahun 2008, salah satu lembaga internasional yaitu Save The Children, mempercayakan Hamdani menjadi salah satu fasilitator di lembaga itu. Tugasnya memberikan pemahaman pada guru untuk mencari pendapatan lain di luar gaji.
“Tentu selepas jam sekolah. Sehingga, pendapatan guru juga bertambah di luar gaji. Kewajiban sebagai guru juga tidak boleh ditinggalkan. Tidak ada salahnya, guru menjadi wirausaha,” jelasnya. Selain sibuk menjalankan aktivitas di sekolah, Hamdani juga aktif di lembaga sosial. Seperti ketua majelis taklim, serta ketua majelis adat aceh (MAA) dan sekretaris Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Tanah Luas. “Sedikit ilmu yang saya miliki ini harus berguna bagi masyarakat. Saya terus membagikan ilmu yang sedikit itu di berbagai forum,” pungkas Hamdani. * masriadi sambo