BUSTAMI (40) sibuk menganyam daun rumbia untuk dijadikan atap rumbia di depan rumahnya di Desa Alue Tingkeum, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (1/5) sore. Sesekali dia menyeka peluh yang menetes di keningnya. Ayah tiga anak itu, telah puluhan tahun bekerja sebagai pengayam daun rumbia. Sesekali dia bekerja serabutan, sebagai buruh tani di areal persawahan milik warga setempat.
Pendapatannya sangat terbatas. Bahkan, untuk makan saja sulit. Dalam sehari dia mampu menyiapkan atap rumbia sebanyak sepuluh lembar. Harga jual Rp 2.000 per lembar.
“Kami terus berupaya bertahan hidup. Mendapatkan rezeki ala kadar, terpenting kami tidak mengemis. Rezeki kami meski pun sedikit, terpenting halal,” sebut Bustami ditemani istrinya, Cut Rohana (30).
Keluarga itu satu dari ribuan penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara. Amatan Serambi, rumah yang didiami Bustami berlantai tanah, dengan luas 4 x 6 meter. Dinding rumah sebagian pelepah rumbia, dan sebagian lainnya papan bekas. Rumah itu pernah roboh dua bulan lalu diterpa angin kencang. Lalu, Bustami meminjam uang keluarga untuk membangun kembali rumah tersebut.
“Sangat sempit. Kalau hujan tempiasnya masuk ke dalam rumah. Karena, belum ada uang untuk memperbaikinya atap rumah dan dinding yang lebih bagus, agar layak huni,” sebut Bustami.
Miris. Itulah kata yang cocok buat keluarga itu. Bustami menyebutkan, sudah beberapa kali petugas Kantor Bupati Aceh Utara memotret rumah itu. “Janjinya akan diberikan bantuan rumah. Namun, sampai sekarang tidak ada. Saya sudah tidak sanggup hitung lagi, berapa kali dipotret rumah saya ini,” ujarnya miris.
Dia berharap ke depan, Pemerintah Aceh Utara memberikan bantuan rumah untuk kaum miskin di kabupaten itu. Bustami tidak sendiri, penduduk di Desa Alue Ie Puteh, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara juga mengalami hal serupa. Keuchik Alue Ie Puteh, Ibrahim Saleh (54) menyebutkan sebanyak 27 kepala keluarga (KK) hingga kini belum memiliki rumah di desanya.
“Ada 27 KK penduduk miskin, mereka tidak memiliki rumah yang layak huni. Pendapatan mereka sangat terbatas, dan tidak menentu. Kami harap, pemerintah bisa membantu membangun rumah mereka,” harap Ibrahim Saleh.
Ditambahkan, pihaknya sudah tiga kali mengirimkan permohonan bantuan rumah pada Pemerintah Aceh Utara. Namun, realisasinya nihil. “Kita buat proposal, kita kirimkan permohonan bantuan rumah ke Bupati Aceh Utara, Ilyas A Hamid. Namun, sampai sekarang belum ada realisasi, kami harap ini bisa menjadi perhatian serius dari pemerintah,” ujar Ibrahim.
Penduduk miskin memang masih banyak di Aceh Utara. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Utara Husnul menyebutkan, dari 529.751 jiwa penduduk di Aceh Utara, sebanyak 214.541 jiwa tergolong miskin. Sementara itu, data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Aceh Utara, angka pengangguran akhir tahun 210 lalu mencapai 49.962 orang.
Bustami satu dari ribuan penduduk miskin yang menunggu program peningkatan kesejahteraan rakyat dari Pemerintah Aceh Utara. Mereka bermimpi bisa hidup layak, mendapatkan pekerjaan yang memadai, dan uangnya bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. Ini pekerjaan rumah bagi eksekutif dan legislatif di daerah ini. Entah kapan mimpi masyarakat miskin itu terwujud. Entahlah. (masriadi sambo).