MOST RECENT

|

Duh, Miskinnya Alue Tingkem



PAGI itu, Kamis (27/1), masyarakat di Desa Alue Tingkem, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, mulai beraktifitas. Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB. Kaum perempuan terlihat menyusuri desa menuju payau. Mereka hendak menyuci pakaian. Sebagian kaum lelaki memanggul cangkul menuju sawah.

Begitulah ‘tradisi’ yang sudah berpuluh tahun dilakoni warga desa ini. Dari Kota Lhoksukon, jarak ke Tingkem tidak terlalu jauh, sekitar 10 kilometer. Namun, desa ini sangat tertinggal. Jalan menuju desa itu penuh lumpur. Sepanjang 2,5 kilometer jalan sangat sulit dilalui. Selain itu, sangat sulit mendapatkan air bersih. Tidak ada jaringan pipa PDAM. Air tanah pun berkualitas buruk. “Air di sini berwarna merah, bau dan asin. Makanya, masyarakat kalau mau menyuci pakaian harus ke payau. Ini sudah puluhan tahun begini, belum ada perhatian pemerintah,” sebut Tgk Nurdin, tokoh masyarakat setempat didampingi Muhammad Amin, Kepala Desa Alue Tingkem.

Amatan Serambi di lapangan, terlihat warga di daerah itu mandi, menyuci pakaian, dan menyuci alat rumah tangga dengan menggunakan air payau. Sepanjang payau tersebut dibuat tenda-tenda kecil, sehingga ketika mandi tidak terlihat oleh warga lainnya.

Untuk air minum warga membelinya dengan harga Rp 5.000 per jeriken. Bagi yang tidak mampu, harus mengambil air ke Sungai Krueng Ineung, sekitar satu kilometer jaraknya dari desa itu. “Karena itu, kami selalu berharap dan berdoa agar bisa mendapatkan air bersih dari pemerintah. Namun, sampai sekarang belum ada. Bahkan pipa PDAM pun belum ada ke desa kami, padahal jaraknya tak terlalu jauh dengan kantor PDAM,” sebut Tgk Nurdin.

Keterbelakangan lainnya, desa itu belum memiliki sarana irigasi. Hanya mengandalkan air hujan untuk memulai musim tanam. “Sawah kami tadah hujan. Kalau hujannya bagus, maka hasil panen lumayan. Jika tidak hujan, maka gagal panen sudah di depan mata,” ujar Muhammad Amin.

Saat ini rata-rata hasil panen hanya enam ton per hektare. Jika ada irigasi, diperkirakan hasil panen bisa mencapai delapan ton per hektare. Dari sisi pendidikan, desa ini juga tertinggal. Pelajar sekolah dasar Desa Alue Tingkem terpaksa menempuh pendidikan ke Kota Lhoksukon. “Lihatlah sepanjang jalan ke desa ini, masih banyak penduduk kami yang miskin. Rumahnya gubuk, atapnya bocor. Ini juga belum mendapat perhatian dari Pemerintah Aceh Utara,” sebut Tgk Nurdin. (masriadi sambo)

Akses m.serambinews.com dimana saja melalui browser ponsel Anda.

Publis Oleh Dimas Sambo on 22.08. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Duh, Miskinnya Alue Tingkem"

Posting Komentar

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added